Peace on My Heart
Suasana menyambut Natal tak terlalu terasa, padahal biasanya aku selalu excited memasuki bulan Desember. Rasanya…. biasa saja…. Aku tak terlalu bersemangat mencari kado untuk Larry, padahal tahun-tahun sebelumnya aku telah mempersiapkan kado Natal untuknya jauh sebelum bulan Desember. Bahkan Minggu Adven terakhir, aku tak pergi ke gereja.. huhuhu…
Aku juga sempat merasa, “This December is not mine.” Banyak kejadian buruk yang aku alami sejak awal Desember. Mungkin itu yang membuatku ‘biasa ajah’ menyambut Natal ini. Aku makin tak mendapati suasana syahdu Natal saat mengetahui aku tak bisa merayakan Natal bersama Larry… huuuaaaaa…. Aku akan merayakan Natal di Bandung bersama keluargaku. Jadi aku akan jauh dari Larry… hiks… Rasanya tak ingin pergi ke Bandung . Meskipun keluargaku lengkap bersamaku, tapi tanpa Larry di sampingku, tetap seperti ada yang hilang.
Mendekati Natal, aku berusaha membangkitkan aura Natal dalam diriku. Aku berusaha menerima kenyataan kalau aku harus merayakan Natal tanpa Larry.. (agak lebai y.. hahaha...)
H-1 ada hal yang membuat beberapa saudaraku tak dapat ikut ke Bandung. Itu artinya Larry bisa ikut!! Yiipppiieeee.... J Hari H baru kudapati kepastian Larryku itu akan ikut serta bersama keluargaku ke Bandung.
24 Desember 2010, sore hari... Aku sekeluarga plus Larry berangkat ke Bandung. Aku dan 2 keluarga iiku memang berencana melewati malam Natal di Bandung, di Gereja St. Petrus, Katedral. Perjalanan Jakarta-Bandung kami lalui dengan lancar, meskipun sempat diguyur hujan lebat.
Hatiku riang, hatiku senang....
Pukul 20.00 kami tiba di Gereja Katedral, Bandung.
Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di gereja ini. Bangunan tua itu mungkin tak semegah Katedral Jakarta. Tapi saat memasuki gerbangnya, aku rasakan suasana yang syahdu.
Saat tiba di gereja tersebut, ratusan umat Katolik sudah memadati bangku-bangku gereja. Sempat merasa aneh.
Maklum sudah cukup lama aku tidak mengikuti misa besar di gereja. Sejak tahun 2005 aku memang selalu mengikuti Misa Natal dan Paskah di sport hall Unika Atma Jaya. Mengikuti misa di Atma Jaya, tak perlu datang 1 jam di muka agar kebagian tempat duduk. Bahkan aku lebih sering jadi panitia misa-misa besar tersebut. Jadi selama itu pula aku tak pernah kebingungan mencari tempat duduk... hehehe...
Ini pertama kalinya aku mengikuti misa di Bandung.
Ini pertama kalinya aku mengikuti misa Natal di Katedral, Bandung.
Pukul 9 teng, misa dimulai.
Ini pertama kalinya aku mengikuti Misa Malam Natal pukul 9 malam.
Ini pertama kalinya aku merasakan khusyuknya misa di tengah malam.
Ada sesuatu yang berbeda yang aku rasakan. Dengan tata cara Keuskupan Agung Bandung, banyak hal yang tak pernah aku alami saat Misa Malam Natal di Jakarta.
Awalnya sempat merasa bosan, karena melihat buku misa yang tebalnya bisa membuat kita langsung tertidur.. hehehe... Aku pun melihat sepupu-sepupu kecilku telah berubah menjadi muka bantal... Misa Malam Natal kali ini memang lebih lama dari yang biasa kuikuti.
Tapi aku berusaha menghilangkan rasa bosanku. Aku tahu ini saat yang spesial, saat di mana aku membuka hatiku untuk menerima kehadiran Yesus.
Saat ini juga begitu spesial karena aku merayakan malam Natal jauh dari hingar bingar kota Jakarta yang selama ini berhasil membuatku jenuh. Spesial juga karena aku dikelilingi oleh orang-orang terkasih.
Bila aku sempat berkata, ”This December is not mine,” aku salah. Everyone has a Special December, and so do I... J Dia mengizinkan banyak perkara terjadi di bulan Desember ini agar aku mampu melihat kebaikan Tuhan yang senantiasa hadir dalam hidupku.
Menjelang pulul 23.30, misa selesai. Diiringi lagu ’We Wish You a Merry Christmas’, aku berbagi kasih Natal pada orang tuaku, adikku, Larry, dan saudara-saudaraku. Memang di misa Natal kali ini aku tak bersama teman-temanku seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi kehadiran saudara-saudaraku merupakan berkat yang begitu melimpah. Thank you, Lord for this beautiful Christmas.
Keluar dari gereja, perut kami menjerit-jerit. Yup… Selama misa tadi kami tak hanya berjuang melawan rasa kantuk, tapi berjuang menenangkan perut kami yang berteriak-teriak minta nasi.. hehehe… Hampir tengah malam, suasana Bandung telah lengang. Sulit menemui restoran yang masih buka di malam hari ini. Setelah berputar-putar, akhirnya kami berhenti di KFC. Daripada pingsan, nasi plus ayam sudah lebih dari cukup… hehehe…
Setelah cukup kenyang, kami menuju Novotel dan siap bermimpi indah.
Tak ada makan malam mewah, tak ada kado-kado mahal.
Hadirnya Yesus merupakan hadiah terindah.
Hadirnya keluarga dan Larry merupakan kado yang aku impikan.
Merry Christmas, everyone… Peace on earth… Peace on our heart…
Comments
Post a Comment