Akan Ada Waktu yang Indah
Oh wow.. Akhirnya
aku kembali ke laptop. Liat postingan terakhir di blogku, 2017 aja donk. Tiga tahun saja berlalu sudah dengan aku yang ga post apapun di blog, sampe sama sekali ga inget email untuk sign in.
Kacau.. hahaha.. Antara emang aku yang skip segitu lama atau memang waktu yang
berlalu dengan begitu cepat, ga terasa udah 3 tahun berlalu aja. Bahkan janjiku
untuk nulis birth story Cliona pun belum kesampean, anaknya udah mau ulangtahun kedua.. hahaha..
Dan memang kalau dilihat dari tanggal terakhir postku, itu sekitar sebulan sebelum aku dinyatakan hamil. Sejak hamil, jangankan duduk di depan laptop, seharian bawaannya hanya gegoleran. Jadi kaum rebahan.. hahaha..
Dan memang kalau dilihat dari tanggal terakhir postku, itu sekitar sebulan sebelum aku dinyatakan hamil. Sejak hamil, jangankan duduk di depan laptop, seharian bawaannya hanya gegoleran. Jadi kaum rebahan.. hahaha..
Bisa dibilang ini comeback
nya aku ke laptop dan nulis lagi. Sejak Cliona lahir, makin susah untukku
nangkring di depan laptop berjam-jam dan nulis panjang. Ditambah rasa lelah dan
malas.. hahaha.. Sebenernya ya bisa nulis di handphone, tapi ya gitu
deh, rasa malas mendominasi.
Baiklah. Mari
kumulai saja tulisan baruku setelah 3 tahun vakum.. hahaha..
Tulisan untuk
siapapun, tentang sesuatu yang telah lama ingin kubagikan. Tentang iman dan
harap. Semoga memberkati.
Aku dan Larry
menikah pada 2014. Awal menikah, tak ada rencana untuk menunda atau ngebet punya
anak. Aku selalu berpikir bahwa segala sesuatu ada waktunya. Manusia berusaha,
Tuhan yang menjadi penentunya. Itu kenapa aku santai. Menikmati setiap waktu
yang ada berdua. Happy happy aja akum ah. Traveling berdua, ke mana-mana
berdua, ngapa-ngapain berdua. Bener-bener santai.
Setahun dua
tahun berlalu, tiga tahun pun terlewati. Tetep santai dan enjoy. Yang ga santai
orangtua kami. Aku dan Larry anak sulung, yang sama-sama diharapkan untuk memberikan
cucu bagi orangtua kami. Jadi yang berisik tuh emak-emak kami, padahal mah kami
santai aja. Kembali lagi, aku yakin bahwa hidup ini bukan hanya tentang
memiliki keturunan. Tuhan punya skenario untuk setiap umatNya. Kalau memang
dirasa aku dan Larry sudah siap, pasti ada saatnya. Kalau dirasa Tuhan inilah
waktu yang tepat, Dia hanya cukup menjentikkan jari dan jadilah janin di
perutku. Itu yang terus menjadi yakinku.
Tapi karena emak-emak
kami udah terlalu berisik, akhirnya aku mulai berpikir untuk mencoba ke dokter.
Mulailah mencari tahu soal obgyn dari pengalaman teman. Sesungguhnya aku amat sangat
malas karena aku tahu begitu kami konsultasi ke obgyn, kami akan menjalani
proses yang panjang. Membayangkan diobok-obok, haissshhhh, malas dan parno
duluan.
Aku masih
ingat, akhir Desember 2017, saat aku pertama kali bertanya ke sahabatku soal
obgyn yang pernah dia datangi untuk konsoltasi mengenai kehamilan. Setelah
mendapat info, aku dan Larry sepakat nanti Januari 2018, kami akan menghubungi rumah
sakit tempat obgyn tersebut praktek.
Beberapa minggu
berlalu, belum juga kuhubungi rumah sakit. Memang dasarnya enggan dan masih berkeyakinan
teguh bahwa semua akan pada waktunya.
Januari 2018,
tiba-tiba aku menemukan benjolan di leher kanan ku, tampak seperti gondok.
Panik. Langsung berpikir itu tiroid. Whatsapp saudara yang dokter, disarankan
untuk cek darah. Saking paniknya, cek darahpun di laboratorium langganan tapi
cabang Gunawarman, yang sama sekali belum pernah kami datangi. Saat itu, aku
ingin segera mendapat kejelasan tentang apa yang menyembul di leherku. Jadi pas
lewat daerah Gunawarman, mampirlah ke lab untuk cek darah.
Besoknya,
hasil lab keluar. Tiroid normal.
Lantas apa
donk? Saat itu akhirnya disimpulkan benjolan di leherku akibat panas dalam.
Ya sudah..
Eh tapi kq dada terasa kencang dan sakit ya. Lalu mulai berpikir, ‘Jangan-jangan hamil ya.’ Pikiran yang terlalu pede jaya sebenarnya karena kalau hanya dari gejala tersebut masih kurang kuat untuk berpikir hamil.
Eh tapi kq dada terasa kencang dan sakit ya. Lalu mulai berpikir, ‘Jangan-jangan hamil ya.’ Pikiran yang terlalu pede jaya sebenarnya karena kalau hanya dari gejala tersebut masih kurang kuat untuk berpikir hamil.
Salah satu
pemicu aku untuk testpack adalah karena aku sudah mengantongi tiket terbang ke
Belitung. Entah kenapa aku sedikit khawatir kalau sampai aku terbang dan
ternyata aku hamil tapi aku ga tau kan repot ya. Akhirnya karena feeling random
itu, aku coba untuk testpack.
Habis pergi
makan malam, iseng testpack, masih ada 1 di rumah sisa kapan tau deh itu.
Dan ternyata
hasilnyaaaa.. GARIS DUA!!
Rasanya ga
percaya, kaget, ragu. Soalnya itu testpack kan udah lama juga ya.
Akhirnya malam
itu juga langsung ke mall dekat rumah, beli testpack 3 buah. Sampe rumah, tanpa
nunggu besok pagi, langsung tes dan hasilnya sama!
WOW BANGET. Bener-bener
wow!
Jadi aku dan
Larry sama sekali belum sempat ke obgyn untuk konsultasi. Sempat berpikir kq
aku kurang sabar ya sama waktunya Tuhan. Justru di saat aku mulai ragu, Tuhan
kasih jawabanNya. Amazing!
Sampai
sekarang di usia Cliona yang hampir 2 tahun, aku masih takjub, masih sering
berpikir bagaimana bisa ada manusia kecil yang terbentuk di perutku dan
sekarang tumbuh besar.
Lebih dari itu
semua, aku tak henti bersyukur atas kebaikan Tuhan. Diberi kesempatan untuk
hamil dan melahirkan dengan sehat dan lancar adalah anugerah terindah. Sungguh kata-kataku
tak cukup untuk menggambarkan bagaimana aku begitu bersyukur.
Selama hamil,
aku selalu berdoa agar diberi kelancaran hingga melahirkan karena aku tahu
hamil dan melahirkan bukanlah sesuatu yang mudah.
Sejak hamil
dan melahirkan, akupun menjadi lebih peka pada mereka yang masih berjuang untuk
mendapatkan keturunan. Aku dan Larry harus menunggu 4 tahun untuk bisa
menggendong bayi kami. Dan begitu akhirnya hamil, aku makin percaya bahwa apa
yang selama ini aku yakini adalah benar.
Empat tahun,
waktu yang cukup panjang, tapi masih terlalu singkat bila dibanding begitu banyak
pasangan di luar sana yang mengharapkan bayi mungil.
Melihat begitu
banyak pasangan yang berjuang, bukan hanya untuk hamil, tapi juga untuk
melahirkan dengan lancar, aku merasa ciut. Apa yang aku lalui, belum ada
apa-apanya dibanding mereka semua. Mereka, para pejuang dua garis memang diberi
kekuatan, ketabahan, dan yang terpenting adalah kesabaran, yang luar biasa
untuk menjalani semuanya.
Untuk semua
kalian yang masih berdoa dan berjuang, aku turut mendoakan agar yang terbaik
segera tiba, agar waktuNya segera hadir.
Berkali aku tak
bosan mengatakan bahwa semua hanya karena kehendak Tuhan. Kita hanya bisa
berusaha dan berharap tapi Dia yang menentukan.
Aku bertemu
banyak pasangan yang berjuang tapi belum juga mendapatkan.
Aku bertemu
banyak pasangan yang jauh lebih lama menikah daripada aku dan akhirnya
mendapatkan anak melalui cara alami.
Atas semuanya
itu, bersyukur, berdoa, dan berharap. Ada waktu Tuhan yang indah dalam hidup
kita. Semoga..
Comments
Post a Comment