Serunya Makassar, Indahnya Toraja (1): Kali Pertama ke Makassar
Mendengar nama kota yang
satu ini bukan pertama kalinya bagiku. Namun untuk mengejar kota ini pun belum
ada dalam list jalan-jalanku,
setidaknya sampai saat di mana seorang teman berkata akan ke kota ini untuk
mengikuti marathon.
TORAJA
Satu kota dengan ciri khas
kentalnya di Sulawesi Selatan. Berbagai tradisi budaya dimiliki oleh kota ini.
Keunikannya bahkan berhasil mengundang banyak turis mancanegara untuk singgah
ke kota ini. Aku sendiri penasaran dan semakin ingin ke kota ini saat Stephen
bercerita dirinya telah mendaftarkan diri dalam event Toraja Marathon.
Sudah sekitar 1 tahun ini
Larry, Stephen, dan Eric mulai gemar lari, memang belum marathon tapi jarak 10
kilometer membuatnya rajin ikut event lari yang sekarang semakin menjamur.
Rasanya tiada weekend tanpa event lari. Dengan begitu banyaknya, tak
mungkin semua diikuti. Selain badan yang mungkin akan rontok, dompet pun tak
siap untuk tipis. Olahraga lari tak lagi murah.. hahaha..
Aku ikut menyeleksi event
yang Larry ikuti karena nyatanya tak semua penyelenggara siap untuk
menyelenggarakan acara lari. Salah satu pertimbanganku untuk mengikuti event
lari adalah venuenya. Kalau di
sekitar Jakarta, bukan jadi prioritas untuk diikuti. Tapi kalau Toraja, ini
sangat menarik.. hahaha..
Aku pun mengajak Larry
ikut Toraja Marathon. Awalnya Larry menolak karena jauh dan di saat yang sama
ada event lari di Bandung. Larry dan Eric memilih untuk ke Bandung.
Aku yang tim hore ya
ngikut aja deh.. Ke Bandung boleh, tapi kalau ke Toraja sih lebih bagus lagi.
Toraja gitu loh, kapan
lagi. Belum pernah dan mumpung ada event lari kan. Kalau Bandung, sore ini
berangkat juga bisa langsung nyampe sana..
Larry pun daftar early
bird event di Bandung ini dan mungkin memang belum jodoh, dia lupa bayar. Early
bird pun terlewat.. hahaha.. Ya kalau daftar harga normal masih bisa, tapi udah
keburu males dan masih ada Stephen yang nungguin buat barengan Toraja
Marathon.. hahaha..
Akhirnya, tanggal 5 Mei,
2,5 bulan sebelum event, aku dan Larry memutuskan untuk daftar Toraja Marathon.
Ini pertama kalinya aku mengikuti marathon. Tetep bangga walaupun hanya 5K.
Yang pertama dibeli memang
slot larinya karena kalau slot lari ini ga dapet, ga ada alasan yang tepat
untuk ke Toraja.. hahahaha..
Setelah slot lari
diperoleh, yang harus dibeli selanjutnya adalah tiket pesawat. Menuju Toraja,
aku harus terbang dari Jakarta menuju Makassar. Ini pula yang membuat aku
semangat, aku belum pernah ke Makassar dan memang sudah menjadi salah satu
tujuanku sejak lama.
Mau beli tiket pesawatnya
pun ga gampang karena kami harus menyusun rencana perjalanan, yang nyatanya ga
mudah untuk dirampungkan.. hahaha. Banyak yang menjadi pertimbangan, jarak
Makassar-Toraja, jam keberangkatan ke Toraja, mau berapa lama di Toraja, tempat
dan waktu pengambilan racepack, rencana
extend di Makassar, dan lain
sebagainya.
Akhirnya setelah banyaknya
diskusi dan maju mundur, tanggal 19 Mei 2017, tiket Jakarta-Makassar aku
peroleh dengan harga promo di Tiket.com. Jakarta-Makassar menggunakan Citilink Rp
591,300/pax untuk keberangkatan tanggal 27 Juli 2017.
Tiket berangkat sudah di
tangan, tiket pulang kembali digalauin.. hahaha..
Bingung mau pulang tanggal
berapa, jam berapa, dan harga tiketnya yang naik turun, yang bikin ragu mau
dibeli.
Takut semakin dekat
semakin naik harganya, tanggal 30 Mei 2017, akupun mendapatkan tiket
Makassar-Jakarta menggunakan Garuda Indonesia untuk keberangkatan tanggal 2
Agustus 2017.
Tiket kepulangan ini
seharga Rp 817.911.
Ada keisengan di balik
tiket Garuda ini.
Aku bukan Garuda Frequent
Flyer. Ada sih member tapi jarangggg banget naik Garuda. Saat mau beli tiket
ini sebenarnya ada Batik Air turun di Halim, tapi harganya lebih mahal. Kalau
diliat dari efisien sih Batik Air karena langsung turun Halim, deket bgt ke
rumah. Tapi karena centil, Garuda lebih murah (ya walaupun kalau ditotal sama
transport ke rumah jadi lebih mahal), dan mau nyobain Terminal 3 Ultimate..
hahaha.. Norak!
Hal lain yang menjadi
pertimbangan dalam pembelian tiket pesawat ini adalah penyeseuaian jadwal
dengan Stephen dan Eric yang dari Semarang. Biar bareng-bareng dan efektif,
dicari tiket yang jadwalnya hampir barengan landing
dan takeoff nya dan dapet!
Setelah slot lari dan tiket
pesawat diperoleh, aku pun merasa tenang. Padahal masih banyak banget yang
harus disiapin.. hahaha..
Salah satu yang terpenting
adalah transportasi dari Makassar ke Toraja. Ada 2 pilihan, menggunakan bus
atau pesawat baling-baling. Bus menjadi satu-satunya pilihan menuju Toraja
karena pesawat baling-baling hanya beroperasi satu kali setiap harinya jam 9
pagi dan penerbangan tergantung cuaca. Dan karena kami baru tiba di Makassar
sekitar pukul 12 siang, mau tidak mau kami harus naik bus menuju Toraja.
Urusan pembelian tiket bus
pun tidak mudah. Kalau mencari informasi di internet, banyak sekali perusahaan
bus yang melayani rute Makassar-Toraja-Makassar. Aku sama sekali tak ada
bayangan dan bus yang akan kami tumpangi bukan bus biasa. Dilihat dari harganya
yang mulai dari 180.000 hingga 350.000 per orang, tentu saja bus Toraja ini
tidak seperti bus pariwisata di Jawa. Dari awal aku sudah menemukan satu
perusahaan bus yang menarik hati, Primadona Bus. Walau sudah sejak
lama nemu web Primadona Bus, tetep aja loh beli tiketnya H-5. The power of
kepepet banget.. hahaha..
Bus ini menjadi pilihan karena tiket bisa dibeli secara online melalui website resminya, jadi bisa langsung pilih jenis bus dan juga nomor kursinya. Karena nyari-nyari tiket bus Toraja ini aku jadi akrab sama merek-merek bus dan itu mempengaruhi harga tiket. Ada Mercedes dengan berbagai tipenya, ada pula Scania dengan berbagai tipenya. Interiornya pun berbeda-beda, ada bus dengan jenis sleeper, standard, dll. Gimana ga bingung cobaaaa… Milih Mercedes atau Scania aja udah bingung.. Serasa mau beli bus.. hahahaha..
Setelah bergalau, urusan
bus Makassar-Toraja pun beres. Kami memilih bus MB 1526 Sleeper dengan harga
190.000 per orang.
Setelah banyak persiapan
yang belum matang, berangkatlahhh kami.. hahaha..
27 Juli 2017, sekitar pukul 12 siang,
kami sudah tiba di Bandar Udara Sultan Hasanuddin. Perjalanan celingak celinguk
pun dimulai.. hahaha..
Dari bandara bingung mau naik apa dan ke mana. Karena pas jam makan siang, jadi kami menuju tempat makan siang yang juga pake dibingungin. Akhirnya terpilihlah Palu Basa Serigala. Tapi memilih transportasi menuju ke kota pun sempat membuat kami bingung. Di Bandara Hasanudin, terdapat self ticket machine untuk pembelian taksi. Taksi yang terdaftar pun sangat banyak, mulai dari taksi sedan hingga taksi dengan mobil besar yang bisa mengangkut lebih dari 4 orang, juga ada taksi carteran. Karena hanya berempat dan tujuannya ke tempat makan, kami pun memilih taksi Bosowa. Keluar dari bandara, kami disambut oleh banyak sopir taksi liar yang menawarkan mobilnya. Sopir-sopir tersebut bersikeras menawarkan taksi hingga harus diusir oleh petugas bandara. Itu kenapa pada saat masih di dalam, kami dianjurkan untuk memilih taksi di self ticket machine.
Dari bandara bingung mau naik apa dan ke mana. Karena pas jam makan siang, jadi kami menuju tempat makan siang yang juga pake dibingungin. Akhirnya terpilihlah Palu Basa Serigala. Tapi memilih transportasi menuju ke kota pun sempat membuat kami bingung. Di Bandara Hasanudin, terdapat self ticket machine untuk pembelian taksi. Taksi yang terdaftar pun sangat banyak, mulai dari taksi sedan hingga taksi dengan mobil besar yang bisa mengangkut lebih dari 4 orang, juga ada taksi carteran. Karena hanya berempat dan tujuannya ke tempat makan, kami pun memilih taksi Bosowa. Keluar dari bandara, kami disambut oleh banyak sopir taksi liar yang menawarkan mobilnya. Sopir-sopir tersebut bersikeras menawarkan taksi hingga harus diusir oleh petugas bandara. Itu kenapa pada saat masih di dalam, kami dianjurkan untuk memilih taksi di self ticket machine.
Perjalanan menuju kota
cukup jauh. Tiba di tempat makan, argo taksi yang kami tumpangi mencapai
120.000.
Palu Basa
Serigala
Bukan daging serigala tapi karena letaknya di Jalan Serigala. Enak pake banget! Kuahnya dicampur kuning
telur mentah, serbuk serundeng, sambal, dan jeruk nipis, plus kerupuk. Mantab!
Aku sendiri bukan penikmat daging dan jeroannya. Bahkan daging palu basa ini tak bisa kumakan. Tapi kuahnya enak banget.. Alhasil aku menikmati kuah kuning ini dengan kerupuk. Itu saja sudah berhasil membuatku ketagihan..
Aku sendiri bukan penikmat daging dan jeroannya. Bahkan daging palu basa ini tak bisa kumakan. Tapi kuahnya enak banget.. Alhasil aku menikmati kuah kuning ini dengan kerupuk. Itu saja sudah berhasil membuatku ketagihan..
Daging dan kuning telur mentah! Yum!! |
Ini seberang tempat makannya.. |
Perjalanan hari itu masih panjang. Bus Primadona yang tiketnya sudah kami beli baru akan berangkat pada pukul 9 malam dan kami memang tidak punya tempat transit, jadilah ke mana-mana gerek koper.. hahahaha..
Dari Palu Basa Serigala, kami menuju ke Rumah Makan Bravo di Jalan
Andalas. Rumah makan yang
terkenal dengan pisang ijonya. Ke Makassar, pisang ijo is a must! Di rumah
makan ini tak hanya menjual pisang ijo, tapi berbagai jenis makanan khas
Makassar, seperti Es Pallu Butung, nasi goreng merah, otak-otak, dll.
Karena memang sedang
killing time yang terasa lama banget berlalunya ditambah hujan yang tiba-tiba
mengguyur Makassar, jadilah kami nongkrong di Rumah Makan Bravo ini agak lama.
Kopi Ujung ini juga
menjual biji kopi ataupun bubuk kopi. Tentu saja Kopi Toraja..
Selain itu, juga dijual
barang-barang oleh-oleh khas Makassar seperti minyak tawon, minyak telon, dll.
Dari Kopi Ujung, jam masih
menunjukkan pukul 5 sore.. Kenapa hari itu jarum jam seakan tidak bergerak..
hahahaha..
Baru jam 5, belum waktunya
makan malam, tapi tak tahu harus ke mana lagi, akhirnya kami ke Mie Anto di
Jalan Bali.
Mie kering siram kuah
kental yang mudah sekali ditemukan di Makassar.
Saat mencoba mie ini,
cukup enak. Tapi setelah mencoba yang lain di Makassasr, ada yang lebih enak
menurut saya. Nanti di akhir akan saya tuliskan.. hehehe..
Selesai makan, masih sekitar jam 6 menuju setengah 7.. Tetap masih lama
menuju jam 9 malam.. hahahaha..
Tapi karena sudah tak tahu
lagi harus ke mana dan perut ini juga udah untuk menerima asupan lagi, jadi
kami menuju ke Pool Bus Primadona.
Masih dengan gerek-gerek
koper, kami mencari taksi online untuk menuju ke pool bus di Ruko Bukit
Khatulistiwa.
Awalnya kami berpikir tiba
lebih awal di sana agar bisa numpang ke toilet untuk bersih-bersih dan berganti
baju, tapi nyatanya toiletnya tidak cukup layak untuk kami bersih-bersih. Ruang
tunggunya pun tidak nyaman.
Setelah mencetak tiket bus, kami pun mencari tempat, lebih tepatnya mencari toilet.. hahaha..
Setelah mencetak tiket bus, kami pun mencari tempat, lebih tepatnya mencari toilet.. hahaha..
Di seberang pool, ada
Warkop Lima Satu. Kami pun menyeberang dan memesan es teh tawar dan es lemon
tea. Beruntung toiletnya cukup bersih sehingga kami dapat bersih-bersih dan
berganti baju. Cukup modal beberapa puluh ribu demi bisa ke toilet yang bersih.
Perjalanan minim mandi pun
dimulai.. hahahaha..
Bukan tak ingin mandi tapi
karena tidak ada tempat untuk mandi. Jadi ya sudahlah nikmati saja, toh badan
masih bersih kok.. hahahaha..
Sekitar pukul 8.30, bus-bus besar berdatangan ke pool. Semua siap untuk mengangkut penumpang dan berangkat. Kami pun bergegas kembali ke pool karena tak sabar ingin melihat bus mewah tersebut.
Dan inilah keadaan di
dalam bus yang kami tumpangi..
Belum mandi seharian.. hahahaha.. |
Bus besar dengan kursi super nyaman.. |
Jelang pukul 9.30 bus mulai bergerak meninggalkan pool. Aku semakin tak sabar menyambut Toraja!!
Baru beberapa kilometer
melaju, bus berhenti dan kami diminta untuk turun. Saat itu keadaan gerimis dan
aku bingung kenapa harus turun. Ternyata bus berhenti di pintu masuk terminal
bus. Semua penumpang diminta untuk turun dan membayar retribusi Rp.2.000 per
orang lalu masuk ke area terminal. Bus memutar masuk ke area parker untuk
menjemput penumpang yang telah selesai melewati area retribusi. Hal ini
sepertinya karena peraturan yang mengharuskan semua penumpang naik dari terminal
bus.
Dari terminal, bus kembali
melaju. Aku pun siap untuk tidur. Tapi belum terlalu lama melaju, bus kembali
berhenti dan kali ini cukup lama. Ternyata untuk mengambil kotak kue yang
dibagikan ke semua penumpang.
Setelah itu, bus melaju kencang menuju Toraja. Perjalanan jauh dan malam hari tentu saja menuntut aku untuk tidur di bus. Tak hanya itu, bantal dan selimut pun memang disiapkan untuk kami semua tidur.
Beberapa kali aku terbangun dan memeriksa Google Maps. Sempat saat kami melewati Parepare.
Setelah itu, bus kembali melaju. Aku pun melanjutkan tidur agar dapat segera tiba di
Toraja..
Tidur dulu yaaaa...
Toraja dan semua indahnya di postingan selanjutnya yaaaaa... ;D
Comments
Post a Comment