My Heart for You
Hari ini aku memutuskan untuk cuti karena memang jatah cutiku masih tersisa banyak. Daripada hangus jelang akhir tahun, jadi lebih baik kupakai hari ini. Seharian aku berada di rumah, doing nothing. Jarang aku bisa seharian di rumah. Pekerjaanku di kantor memang sangat menyita waktu. Jadi khusus hari ini aku ingin bersantai di rumah.
Menjelang sore hari, tiba-tiba aku terbayang kwetiaw medan yang sering kumakan. Kwetiaw Akang! Aku pun mengajak mamiku untuk pergi ke Kelapa Gading. Kwetiaw Akang memang membuka cabang di beberapa tempat. Tapi yang paling dekat dengan rumahku adalah cabang Kelapa Gading. Jadi saat ngidam menyerang, aku akan menuju Kelapa Gading.
Sekitar pukul 20.00 aku tiba di restoran yang baru mulai buka sore hari itu. Aku memesan kwetiaw kuah favoritku. Karena tak pernah sepi pelanggan, jadi aku harus menunggu cukup lama hingga akhirnya pesananku tersaji. Tak lama setelah memesan, datanglah seorang pengamen lengkap dengan gitarnya. Seperti biasa, pengamen itu menyanyikan lagu-lagu rohani tanpa henti. Bila dihitung, mungkin lebih dari jumlah lagu dalam 1 album. Mulai dari lagu yang biasa dinyanyikan di sekolah minggu, lagu rohani lawas, hingga lagu rohani yang populer saat ini. Sambil menunggu makanan, bibirku ikut bernyanyi mengikuti pengamen itu. Dia menyanyikan sebuah lagu yang sudah lama tak pernah kudengar.
Kasih yang sempurna telah kut’rima dariMu
Bukan kar’na kebaikanku
Hanya oleh kasih karuniaMu, Kau pulihkan aku
Layakkanku ’tuk dapat memanggilMu, Bapa
Kau b’ri yang kupinta, saat kumencari kumendapatkan
Kuketuk pintuMu dan Kau bukakan
S’bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Takkan Kau biarkan aku melangkah hanya sendirian
Kau selalu ada bagiku
S’bab Kau Bapaku, Bapa yang kekal
Yup! Bapa yang Kekal. Rasanya sudah cukup lama aku tak pernah mendengar atau bahkan menyanyikan lagu itu. Jadi tak heran bila aku cukup menikmati lagu itu saat si pengamen melantunkannya. Tapi ada bagian yang cukup menggangguku. Di bagian reff, si pengamen menyanyikan seperti ini: Kau ketuk pintu..uu.. dan Kau bukakan...
Saat mendengarnya aku langsung berkata pada mamiku dengan nada protes, ”Ngaco ni pengamen! Masa Tuhan yang mengetuk pintu! Kan harusnya kita yang mengetuk pintunya Tuhan..”
Aku pun melanjutkan menikmati kwetiaw favoritku.
Di perjalanan pulang, aku memikirkan lirik lagu yang dinyanyikan pengamen tadi. Aku berpikir ulang, sepertinya pengamen itu tak sepenuhnya salah. Seringkali aku harus menutup pintu hatiku. Aku sibuk dengan kegiatanku, pekerjaanku hingga tak ada lagi waktu untuk berdua dengan Tuhan. Aku tersadar seringkali Tuhanlah yang harus mengetuk pintu hatiku, bahkan berulang kali, hanya demi dapat menikmati keintiman bersamaNya. Bila kita sedang menghadapi masalah, kita pasti akan langsung datang kepada Tuhan memohon belas kasihanNya agar masalah kita dapat segera terselesaikan. Tapi bila hidup kita biasa-biasa saja, tak ada masalah, maka kita akan jauh dariNya. Kita menutup pintu hati kita dan menjalani hari-hari sesuai dengan keinginan kita sendiri. Bahkan karena tenggelam dalam kesibukan, secara tak sadar kita mengeraskan hati. Jangankan untuk aktif melayaniNya, untuk berdoa secara pribadi saja rasanya sulit. Aahh.. Aku tersentil oleh lirik salah yang dinyanyikan pengamen itu. Tadi aku protes karena dia salah menyanyikan lagu. Tapi sekarang aku malu karena seringkali aku harus membiarkan Tuhan yang memanggilku bahkan mengetuk pintu hatiku agar Dia bisa masuk, agar Dia dapat menikmati kebersamaan bersamaku.
Hari ini aku disadarkan untuk selalu dekat denganNya. Aku akan selalu rajin berdoa, membaca dan merenungkan kitab suci. Dan yang pasti, aku akan selalu membuka pintu hatiku dan membiarkan Tuhan berkarya dalam hati dan hidupku.
Comments
Post a Comment