Rambutku Mahkotaku

Rumahku terletak di kawasan timur Jakarta, yang boleh dibilang paling sederhana jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Kalau wilayah lain bertaburan mall-mall raksasa, lain cerita di timur. Tak akan bisa kita temui mall mewah atau bahkan raksasa. Boleh dibilang daerah rumahku ‘gersang’.. Cukup sulit untuk mencari tempat belanja atau hang out yang asyik.

Kesulitan tak hanya aku rasakan dalam hal mencari mall tempat hang out. Tapi juga dalam mencari salon dengan kualitas pelayanan yang baik. Di daerah rumahku, aku belum bisa menemukan salon dengan kualitas pelayanan yang baik. Hampir semuanya standar dan cenderung mengecewakan. Pernah beberapa kali aku dikecewakan dengan pelayanan beberapa salon di sekitar rumahku. Alasanku memilih salon-salon itu karena dekat dengan rumah, jadi aku bisa menghemat waktu dan biaya bensin. Tapi ternyata tak sesuai harapanku. Mulai dari potong poni yang terlalu pendek, creambath yang asal pencet, sampai catok keriting yang langsung menjadi lurus setelah aku tiba di rumah.

Hadeeehhh…. Mas-mas dan mbak-mbak salon, bukan seperti ini loh yang aku mau.

Aku terus mencari salon yang sesuai dengan keinginanku. Sampai aku pernah potong rambut di salon daerah Tanjung Duren, yang berjarang hampir 30 kilometer dari rumahku. Aku sengaja pergi ke sana karena aku tak mau lagi mendapatkan pelayanan tidak memuaskan dari salon daerah rumahku.

Dan sekarang sepertinya aku telah menemukan salon yang sesuai dengan keinginanku.
Di daerah Kelapa Gading.
Daerah ini memang pantas disebut one-stop-shopping area karena mau mencari apa pun pasti bisa menemukannya di Kelapa Gading, termasuk banjir… hahahaha… ;P
Tapi terlepas dari banjirnya, aku sebenarnya ingin tinggal di daerah Kelapa Gading. Ramai dan lengkap. Terlihat mengasyikkan tinggal di sana.. hehehehe…

Dan semalam aku pergi ke salon itu. Sebut saja Salon X.. hehehe…
Ini kali kedua aku datang ke salon tersebut.
Pertama kalinya saat aku akan menghadiri wisuda adikku. Saat itu aku hanya cuci blow. Kesan pertama sangat baik. Mereka melayani customer dengan sangat baik. Rambutku dikeramas dengan baik, tidak asal-asalan. Terasa beda memang.
Saat datang untuk kedua kalinya, aku memilih perawatan creambath. Hasilnya juga yaaa… bolehlaaahhh… ;)
Tidak mengecewakan. Bisa dijadikan rekomendasi sebagai salon langganan… hehehehe…

Setelah 2 kali datang ke salon tersebut, aku menyadari sesuatu kalau ternyata rambutku indah… hehehe…
Ih, GR bgt lo, Vel..
Bukan GR loh… Aku bisa berkata seperti itu karena ketika 2 kali aku dilayani di salon tersebut, mas-mas salon berkata seperti ini, “Mbak, rambutnya belum pernah diapa-apain yah?”
Aku ditanya seperti itu 2 kali oleh 2 mas dan pada 2 kesempatan berbeda pula.
(Eits.. Tentu saja aku tidak merekomendasikan salon tersebut karena rambutku dipuji… hehehe… Pelayanan di salon tersebut OK koq..)

Kembali ke soal rambutku…
Sampai jelang seperempat abad umurku, rambutku ini masih ‘virgin’.
Jujur, rambutku belum pernah sekalipun tersentuh oleh obat kimia seperti obat keriting, cat rambut, atau apa pun itu.
Kalau ke salon, hanya perawatan biasa yang kulakukan, seperti potong rambut, creambath, catok. Itu saja.. Tak pernah kuizinkan bahan kimia keras menyentuh rambutku.
Terkesan kuno dan kolot?
Bisa dibilang seperti itu…
Saat orang berbondong-bondong membicarakan tren warna 2010, tren warna rambut 2011, dan lain sebagainya, aku tak peduli. Aku tak pernah berniat mengubah warna rambutku meskipun aku merasa rambutku ini tak sepenuhnya hitam.
Atau saat datang ke salon besar, si mas salon menawarkan, “Ga mau dismoothing atau ditoning, mbak? Biar terlihat kinclong…”
Aku tetap tak tertarik, karena aku merasa rambutku belum membutuhkan perawatan tersebut.

Saat pertama kali datang, si mas salon berkata, “Bagus ya rambutnya lurus dan hitam.”
Dalam hati aku berkata, ‘Haduuuhhhh… Lurus dan hitam dilihat dari mananya sih? Mas ga tau ajah… Aku kadang stress dengan keadaan rambutku, koq malah dibilang bagus sih.’

Hehehehe…
Dari dulu aku tak pernah merasa rambutku bagus.
Rambutku tebal dan cenderung bertekstur kasar.
Rambutku sulit diatur dan cenderung kering.
Aku selalu berpikir rambutku tidak cukup bagus dibandingkan rambut perempuan di luar sana.
Mungkin ini pula yang membuatku tak pernah berniat mengkriting atau mengubah warna rambutku. Pikirku, ‘Rambutku belum pernah diapa-apain aja uda rusak, gimana kalau dimacem-macemin…’

Saat kedua kalinya aku datang ke salon itu dan menerima pertanyaan yang sama, aku baru tersadar bahwa ternyata selama ini pemikiran tentang rambutku salah. Aku selalu berpikir rambutku jelek, rambutku tidak mengkilat, rambutku kusam, rambutku kasar, rambutku terlalu tebal, rambutku ngacir-ngacir. Tak pernah aku memandang rambutku sebagai mahkota yang indah.

Tapi semalam aku baru tersadar bahwa rambutku ini indah.
Coba lihat sekeliling kita… Lihat saja teman-teman sepermainan, teman-teman kuliah, atau teman-teman kantor.
Berapa banyak dari perempuan tersebut yang rambutnya masih ‘virgin’?
Teman-temanku di kantor hampir seluruhnya memiliki rambut berwarna, entah merah maroon, ungu, coklat, atau kuning. Atau kalaupun sekarang tak lagi berwarna lain, mereka mengaku dulu pernah mewarnai rambut. Bahkan saudaraku pernah mengaku bahwa dia tak bisa keluar rumah bila rambutnya hitam.
WHAT???!!! Aku cukup terkejut saat mendengar pernyataannya. Berarti dia tak bisa tampil apa adanya. Dia tak bisa mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan padanya. Aku sempat bingung mengapa setiap saat dia harus tampil dengan rambut berwarna-warni. Tapi memang itu semua adalah pilihan setiap orang.
Aku tidak berkata bahwa perempuan yang mewarnai rambutnya adalah perempuan yang tidak bersyukur.
Aku juga tidak berkata bahwa rambutku yang paling indah karena tak pernah diwarnai.
Tapi aku pribadi ingin bersyukur karena aku tidak memiliki keinginan untuk mengubah apa pun yang ada di tubuhku. Selain menghemat biaya salon, keputusanku itu juga mengajarkanku untuk mengagumi karya unik yang Tuhan telah kerjakan. Banyak kekurangan di fisikku, yang sempat membuatku tidak percaya diri. Tapi perlahan aku berusaha menerima semuanya itu, termasuk rambut kurang-hitamku yang berteksur kasar dan ngacir-ngacir ini..

Keputusanku untuk beralih salon tampaknya tak salah. Aku disadarkan untuk selalu bersyukur atas apa yang aku miliki karena itu semua yang terbaik.

Comments

  1. hhe iya rambut emang mahkota aku pengenya punya rambut kayak raisa hhe

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts