Kerinduan Kecilku
Sedikit cerita yang tersempil di Natal 2010. Banyak keajaiban yang kurasakan di Natal kali ini. Salah satunya keajaiban dari sepupu-sepupu kecilku. Seperti kutuliskan di post sebelumnya, aku dan keluargaku merayakan Natal di Bandung dan kami menginap di Novotel. Kami yang berjumlah 15 orang dibagi ke dalam 5 kamar. Aku kebagian kamar bersama 3 sepupu perempuan yang masih kecil dan menggemaskan… ;P Aku pun harus tidur di extra bed karena 1 ranjang besar diisi oleh sepupuku itu plus 1 pengasuh mereka.
Di pagi terakhir, aku terbangun dengan 2 kartu berada di sisi ranjangku. Kartu berwarna oranye terang. Kuambil kedua kartu sederhana itu. Kubaca satu per satu. Ternyata ucapan ’Selamat Natal’ dari 2 sepupuku. So nice... Mereka membuat kartu itu sendiri dari selembar kertas A4 berwarna kemudian mereka bagi dua. Ucapannya pun mereka tulis dengan tulisan tangan mereka. Agak amburadul, tapi itu yang membuatku tersenyum saat membacanya. Hasil akhirnya memang tak sebagus kartu-kartu yang dijual di mall. Tapi aku begitu terkesan dengan usaha mereka untuk berbagi kasih melalui kartu Natal tersebut.
Aku semakin terharu saat mengetahui usaha mereka untuk memberikan kartu-kartu Natal tersebut.
Malamnya kami baru tidur setelah pukul 1 dini hari. Dan pagi harinya mereka sengaja bangun pukul 7 pagi untuk membagikan kartu-kartu Natal kepadaku, adikku, papi mamiku, dan semua saudara yang ikut menginap. Ada yang mereka letakkan di pinggir ranjang, ada yang mereka selipkan di bawah pintu kamar. Setelah selesai membagikan kartu tersebut, mereka melanjutkan tidurnya...
Wooww... Anak sekecil itu seperti sinterklas. Memang mereka tak membawakan kado-kado Natal nan besar dan indah. Tapi melalui kartu sederhana tersebut, aku dapat merasakan kasih dari anak kecil yang lugu. Thanks, God for this lovely family.
Awal Desember, aku pernah menulis status di Facebook, ”Kangen nulis-nulis kartu Natal .” Saat itu ada beberapa temanku yang setuju dengan apa yang kutulis. Perkembangan teknologi memang membuat kita tak lagi membutuhkan kartu Natal.
Sampai hari Natal, aku pun tak membeli 1 kartu Natal pun. Aku memang kangen menulis kartu Natal , tapi nyatanya aku tak mewujudkan kerinduanku itu.
Kiriman kartu Natal dari sepupu-sepupuku itu menyadarkan aku bahwa ternyata kartu Natal masih in koq… Lalu mengapa aku malah tak membagikan kartu Natal ?
Comments
Post a Comment