Serunya Makassar, Indahnya Toraja (6): Bantimurung dan Rammang-rammang
Sehari sebelum meninggalkan Makassar masih diwarnai kebingungan. Masih ada 2 hari untuk eksplor kota ini, tapi ga tau harus ke mana.. hahaha..
Karena belum ada rencana apapun, pagi sekitar jam 9 kami sarapan Pangsit Mie Sulawesi. Setelah sarapan, kembali ke hotel donkkk.. hahaha.. ngambil kopernya Stephen karena dia harus pulang sehari lebih cepat dari rencana kami.
Setelah siang, keluar hotel untuk makan siang.. hahaha..
Makassar dari hotel |
Karena belum ada rencana apapun, pagi sekitar jam 9 kami sarapan Pangsit Mie Sulawesi. Setelah sarapan, kembali ke hotel donkkk.. hahaha.. ngambil kopernya Stephen karena dia harus pulang sehari lebih cepat dari rencana kami.
Pangsit Mie Sulawesi |
Setelah siang, keluar hotel untuk makan siang.. hahaha..
Pilihan kami kali ini jatuh kepada Konro Karebosi. Akhirnya kesampean makan sop ini langsung di kota asalnya.
Setelah makan, kami menuju Bandara Sultan Hasanuddin mengantar Stephen pulang. Tinggal bertiga dehhh..
Karena tak tahu mau ke mana, kami ke Taman Nasional Bantimurung. Salah satu tempat yang akan muncul di travel blog mengenai Makassar.
Saat telah gelap, kami kembali ke kota Makassar. Karena besok akan meninggalkan Makassar, kami memutuskan untuk membeli oleh-oleh Makassar di Toko Unggul. Toko yang lengkap dan murah, recommended!
Selesai jajan, masih banyak kuliner Makassar yang belum kami coba. Untuk makan malam terakhir di Makassar, Mie Titi Datuk Museng jadi pilihan kami. Di Jakarta ada, tapi yang dari kota asalnya sudah pasti juara! Enak banget!
Kenyang menyantap nasi goreng merah, mie titi, dan mie hokian, kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki, karena memang jaraknya yang dekat.
Walau sempat bingung mengenai rencana di hari terakhir, akhirnya kami mendapat pencerahan, lagi-lagi dari salah satu sopir Grab.
Rammang-rammang
Satu tempat cantik di Makassar. Kami pun menyewa mobil Uber yang sama dengan yang mengantar kami ke Bantimurung.
Pagi terakhir, kami check-out dari hotel, menuju Otak-otak Ibu Elly. Otak-otak enak yang harus dicoba kalau ke Makassar.
Karena hampir siang dan perjalanan ke Rammang-rammang akan memakan waktu sekitar 1 jam, kami pun makan Pangsit Mie Toraja, yang enak banget!! Juara deh..
Khas Sulawesi, mie ini pas dan nikmat. Lagi-lagi, yang dari kota asalnya pasti lebih enak..
Awalnya aku bingung, apa sih Rammang-rammang, sampai browsing dan menemukan foto karst.
Mie Pangsit Toraja |
Awalnya aku bingung, apa sih Rammang-rammang, sampai browsing dan menemukan foto karst.
Saat tiba di Rammang-rammang, aku langsung takjub. Dari depan tampak tebing batu berdiri kokoh. Begitu masuk, kami ditawari penyewaan perahu untuk berkeliling. 250.000 untuk satu perahu untuk 4 orang. Pikirku, naik perahu ke mana ya. Ternyata untuk berkeliling wilayah ini.
Rammang-rammang adalah sebuah perkampungan karst terbesar di dunia dengan penduduk yang tinggal di sana.
Terik matahari siang itu berhasil menghitamkan kulitku.
Berjalan-jalan di bawah terik matahari tak menjadi soal karena indahnya pemandangan yang kusaksikan ini.
Setelah berkeliling melihat indahnya perkampungan karst ini, kami pun harus segera menuju bandara.
Perjalananku ke Makassar dan Toraja harus berakhir.
Tapi segala keindahan dan berkatnya akan terus aku rasakan.
Sejak awal persiapan, saat detik pertama menginjakkan kaki di Makassar, ke Toraja, hingga akhirnya meninggalkan kota ini, berkat yang luar biasa benar-benar mengiring kami.
Mulai dari cuaca yang sangat bersahabat, orang-orang yang kami temui, yang kami kenal maupun yang secara tidak sengaja kami temui, hingga transportasi yang sangat mudah kami dapati.
Selama di Makassar, Eric menggunakan Grab Car yang saat itu sedang promo, ke manapun hanya Rp.2.000. Murah banget.. hahaha.. Awalnya mau sewa mobil tapi ternyata ada promo murah meriah.
Aku yang awalnya sama sekali ga ada bayangan tentang Makassar, apalagi Toraja, jadi jatuh cinta pada kota ini.
Kami yang berangkat ke kota ini hanya bermodalkan nekat, tanpa ada persiapan yang matang, malah berulang kali merasakan berkat.
Kami yang tak tahu harus ke mana, malah memperoleh terlalu banyak keindahan.
Dari budaya hingga adat,
dari pantai hingga gunung,
dari panas hingga dingin.
Lengkap!
Kami yang tak tahu harus ke mana, malah memperoleh terlalu banyak keindahan.
Dari budaya hingga adat,
dari pantai hingga gunung,
dari panas hingga dingin.
Lengkap!
Yang namanya traveling ya seperti ini ya, tanpa repot, tanpa khawatir, jalani dan terima apa yang ada di hadapan kita, maka yang indah akan selalu menjadi suguhan terbaik.
Indonesia kaya, bahkan teramat kaya.
Indonesia indah, terlalu indah untuk tidak dikunjungi..
Semoga ada lain waktu untukku kembali ke kota ini..
Comments
Post a Comment