Tak Pernah

Tak pernah kupinta dilahirkan seperti ini…
Tak pernah kumohon tinggal di tempat seperti ini…
Tak pernah kuingin hidup tak menentu seperti ini…
Kupandangi dinding rumahku, mungkin tak layak disebut dinding. Sekat tipis sepertinya lebih cocok. Sekat yang melindungiku dari panas dan hujan, meskipun di siang hari akan membuatku kepanasan dan di waktu hujan akan menambah suara berisik yang mengganggu.
Tak pernah kutahu bentuk gembok pagar karena nyatanya memang tak pernah kubutuhkan benda itu di rumah sangat sederhanaku ini.
Jangan berharap ada pembagian ruang yang jelas di rumah ini. Hanya ada satu ruang yang dipakai untuk semua kegiatan. Bahkan anak-anakku harus dimandikan di depan rumah, tanpa pintu, dan pasti dilihat semua orang yang melintas.
Ya, inilah rumahku, rumahku bersama keluarga. Aku, istri, dan 4 orang anak yang masih di bawah 10 tahun.
Tak berani kuharapkan lebih dari apa yang kumiliki saat ini.
Walau hanya memiliki rumah bersekat seng dan tak berpintu, aku sangat bersyukur.
Walau ‘rumah’ ini terletak di daerah tak layak huni, aku bersyukur.
Ini jauh lebih baik daripada dulu saat aku masih kecil. Semasa kecil, aku tidur hanya beratapkan jembatan layang.
Jadi rumah seng ini jauh lebih baik. Setidaknya aku dan keluarga masih memiliki ruang untuk berkumpul bersama.
Memang tak ada salahnya bermimpi. Aku pun bermimpi memiliki hari-hari yang jauh lebih baik dari ini.
Tapi bagiku, istri dan keempat anakku adalah anugerah terindah yang pernah hadir dalam hidupku.
Tak peduli harus diterpa badai atau kemarau, bersama mereka akan selalu menjadi hal terbaik.
Menjaga mereka dalam keadaan apa pun adalah hal yang akan selalu aku lakukan.
Karena melalui mereka, aku mampu menyadari besarnya kuasa dan kasih Dia.

Comments

Popular Posts