His Love

Kata orang, jelang seperempat abad memang waktu yang pas untuk menikah dan berkeluarga. Memang ternyata banyak temanku yang menganut paham seperti itu. Banyaaaaaakkk teman yang menikah di usia muda (setidaknya menurutku yaaa… hehehe..), antara 23 hingga 25 tahun.
Yup… Bagiku masih terlalu muda untuk menikah di rentang usia 20an awal. Mungkin karena aku belum siap dan otakku yang masih dipenuhi main, main, dan main.. :D Mengurus diri sendiri dan menikmati hidup masih menjadi prioritasku ketimbang meladeni suami.. hehehe..
Tapi nyatanya tak semua orang sepertiku… Terbukti dari banyaknya wedding invitation dari teman-teman sepermainanku, yang artinya teman yang usianya sama denganku. Tak ada yang salah mengenai umur pas untuk menikah. Kapanpun pasti menjadi waktu yang pas bagi kita yang menjalaninya.. :)
Pun saat satu per satu dari mereka menghasilkan buah hati nan imut..
Langsung berpikir, ‘gue sanggup ga yaa ngurus baby?’ hahahaha…
Selama ini yang ada di pikiranku, ‘yaelaahhh.. ngurus diri sendiri aja masih repot, gimana caranya ngurus suami plus anak??’
Langsung kutepis dengan percaya bahwa semua ada saatnya, ada waktu di mana memang aku harus mengurus anak… Dan di saat itu aku pasti sudah diperlengkapi dengan berbagai hal yang membuatku siap.. ;) ;)
Tapi melihat banyak teman, apalagi yang cowok, menikah di usia sebelum 25 tahun tetap membuatku tak berhenti berdecak kagum. Apalagi saat cowok yang selama sekolah memiliki track record panjang sebagai ‘preman’ sekolah, akhirnya menjadi seorang ayah. Langsung muncul satu kalimat di otakku, don’t judge the book by its cover!

Mereka yang kuanggap bandel dan biang kerok semasa sekolah, atau bahasa gaulnya ‘pecicilan’, ternyata berani untuk berkomitmen dalam ikatan pernikahan. Salut! :)
Aku sempat melihat updated status dari teman ‘preman’ku semasa sekolah: “Akhirnya berhasil berhenti merokok, demi si kecil…”
Simple but touching
Beberapa saat aku terpaku membaca satu kalimat itu. Antara tak percaya dan takjub.
Mengingat masa-masa sekolah, rasanya sulit percaya dia akan menjadi seorang ayah yang penuh kasih.
Tapi membaca statusnya itu, membuatku percaya bahwa setiap orang mampu berubah.
Aku semakin percaya bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi lebih baik atas dasar kasih.
Semakin yakin bahwa ada hati yang penuh kasih di balik penampilan sangar seseorang.
Semakin yakin bahwa seorang ayah akan memberikan yang terbaik bagi anaknya, sama seperti ayahku yang selama ini telah mengasihiku dan selalu memberikan apa pun yang terbaik untukku…
Juga sama dengan Bapaku yang selalu penuh kasih. Dia yang selalu bersamaku, menyertaiku, menjagaku.
Dia yang tak pernah berhenti memberikan kasihNya kepadaku juga kepada kita semua.
Kalau seorang bapak di dunia, yang mungkin tampak sangar atau pecicilan bisa mencintai anaknya dengan luar biasa, apalagi Bapa sempurna yang di surga…
He must love us unconditionally, more than anything..


Comments

Popular Posts