Ada Pelangi di Balik Hujan

Pagi ini kuawali dengan jutaan rasa malas..
Malaaassss yang teramat kurasakan saat alarmku berbunyi di pagi hari. Padahal dibandingkan dulu, alarmku sudah lebih manusiawi. Dia baru berbunyi pukul 06.30. Sudah cukup siang bukan? Dulu aku harus bangun pukul 05.20. Jadi harusnya aku tak lagi bermalas-malasan di pagi hari.

Tapi entah mengapa aku seperti tak rela pergi ke kantor. Aku berharap hari ini masih hari Minggu. Memang benar kata orang hari Senin adalah hari terberat.
Kupaksakan diriku berangkat ke kantor. Di perjalanan pun aku seperti masih setengah sadar. Ngantuk berat… hehehe…
Untung 30 menit aku telah tiba di kantor.

Pukul 07.50…
Masih ada 10 menit sebelum aku memulai pekerjaanku. Masih bisa bengong melanjutkan kemalasanku, pikirku.
Tapi rasa kantuk dan malasku mendadak hilang saat kulihat asisten manajerku sedang bercerita tentang sebuah kecelakaan motor. Awalnya aku tak tertarik untuk nimbrung karena masih sangat ngantuk. Tapi aku menjadi sangat penasaran saat supervisorku datang dan langsung bertanya, “Denvi ya?”
Dalam hati aku bingung, ‘Ada apa dengan dia? Bukankah dia akan melanjutkan studi ke Australia? Ga mungkin dia yang kecelakaan..’
Akhirnya aku bergabung dan kudapati kejelasan bahwa memang benar Denvi yang mengalami kecelakaan motor.
Aku langsung terdiam.

Denvi…
Pemuda yang baru beberapa minggu terakhir kukenal.
Sebagai anak baru, aku belum dapat mengenal seluruh rekan kerjaku. Awalnya aku pun tak mengenal dia karena memang aku dan dia tak berhubungan kerja secara langsung. Aku hanya sering mendengar namanya disebut oleh rekan-rekanku. Tapi akhirnya aku bisa mengenal dia walaupun hanya sebentar.

Hari Rabu kemarin, 23 Maret 2011, menjadi hari terakhirnya di kantorku. Dia memutuskan untuk resign karena akan melanjutkan studi ke Australia. Hari itu kami semua dikumpulkan di ruang rapat untuk melepas keberangkatannya. Saat itu kurasakan keharuan pada rekan-rekan kerjaku, seperti ada rasa tak rela melepasnya ke Australia. Tapi kami semua percaya bahwa setiap orang berhak mengejar cita-citanya.
Acara sore itu ditutup dengan foto bersama dan aku pun sempat bersalaman dengannya sambil berkata, “Sukses yah…”

Dan hari ini kudapati kisah memilukan.
Hari Minggu, 27 Maret 2011, seharusnya dia berangkat ke Australia. Tapi Tuhan berkehendak lain.
Hari Jumat, 25 Maret 2011, dia mengadakan perpisahan dengan beberapa rekan kantorku juga. Mereka karaoke hingga malam. Karena sudah hampir tengah malam, atasannya menyuruhnya langsung pulang. Tapi dia menolak dan berkata, “Sebentar aja kok, kak.. Aku mau main billiard…”
Akhirnya selesai karaoke, sebagian langsung pulang. Tinggal para pria yang bermain billiard.
Hampir subuh saat mereka selesai bermain billiard. Teman baiknya menawarkan dia agar menginap di rumahnya. Tapi lagi-lagi Denvi menolak. Dia memilih mengendarai motornya pulang.
Hari Sabtu dini hari, pukul 04.30, dia bertabrakan dengan motor lain.
Saat ini dia terbaring di ICU dengan pendarahan di otaknya. Dia telah menjalani operasi otak, namun belum sadarkan diri.
Pagi tadi, di ruang rapat yang sama saat perpisahan dengannya, kami berkumpul lagi. Tapi kali ini tanpa dia. Kami berdoa memohon kesembuhan untuknya.
Tadi siang aku pun sempat menjenguknya. Sedih rasanya.

Aku, yang tak terlalu mengenal dia, bertanya dalam hati, “Sebenarnya apa rencanaMu, Tuhan? Beasiswanya pun Engkau yang memilihkan. Rencana melanjutkan studi bukanlah rencana yang buruk, tapi mengapa seperti tak Kau izinkan dia pergi? Padahal seharusnya sekarang dia sudah berada di Australia.”
Aku benar-benar tak mengerti apa yang Tuhan rencanakan.
Tapi aku coba percaya bahwa ada sesuatu yang luar biasa yang telah Tuhan siapkan. Mungkin saat ini, aku, teman-temannya, keluarganya bersedih dan bertanya apa yang Tuhan kehendaki. Tapi suatu saat aku percaya akan ada pelangi terindah bagi Denvi dan keluarga.

Satu hal lagi yang kuambil dari kejadian ini.
Tuhan seperti telah meminta Denvi untuk segera pulang ke rumah agar terhindar dari kecelakaan. Melalui atasannya dan teman baiknya, Tuhan seperti telah menjaganya. Tapi mungkin dia ingin menghabiskan waktu sebelum berangkat ke Australia, hingga akhirnya dia memutuskan untuk bersama teman-temannya hingga pagi dan terjadi kecelakaan ini.
Atasannya pun sangat menyesal mengapa Denvi tak mendengarkan perkataannya untuk langsung pulang ke rumah. Tapi memang hidup adalah pilihan. Dan dalam setiap pilihan, aku percaya Tuhan senantiasa menjaga. Sekalipun kita terjatuh, tangan Tuhan siap menggendong kita.
Seringkali kita terlena dengan kesenangan duniawi yang hampir menjerumuskan kita.
Seringkali kita menginjak garis bahaya. Tuhan tak pernah melepaskan pandanganNya dari kita. Dia selalu menjaga kita. Tuhan memang tidak hadir dalam sosok tuhan yang kita bayangkan. Tapi Dia hadir melalui orang-orang sekeliling kita. Pilihan di tangan kita, apakah kita mau peka atas kehendak Tuhan, atau kita memilih jalan yang menurut kita baik.

Cepat pulih ya, Denvi…
We pray for you..

Comments

  1. Thanks for sharing Veliska :)
    Setuju bahwa hidup penuh dengan pilihan. Tinggal kita ingin memilih yang mana.
    Walaupun tidak mengenal devi, semoga dia cepat sembuh :)
    Gbu.
    Tetap terus berkarya.

    Regards,
    Monika
    La vie est jolie

    ReplyDelete
  2. So sad, Denvi uda ga ada, mon..
    Hari Senin yang lalu dia pergi utk selamanya..
    Liat post g yg di atas ini deh.. :)

    ReplyDelete
  3. OMG, vel, ternyata dia udah ga ada :(
    G bru baca post u yang sebelumnya.
    Semoga arwahnya dapat diterima di sisi Tuhan.
    Memang hidup matinya kita ga ada yang tau ya..
    Bbrapa akhir ini, g mendengar, membaca, dpt sharing dri teman, yang matinya pada mendadak.
    Semoga arwah mereka juga dapat diterima di sisi Dia.

    ReplyDelete
  4. iya, mon...
    g aja yg baru kenal sedih bgt
    sampe skrg ga percaya dia harus mengalami kejadian spt itu

    tp g percaya ini yg terbaik..
    pst dia uda bahagia di sana, uda ga kesakitan lg..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts