Yang Tersisa dari Tahun Baru
Tulisan yang tersimpan di arsipku ini sebenarnya untuk kolom di sebuah majalah rohani katolik.
Tapi aku ingin teman-teman yang mungkin tak bisa mendapatkan majalah tersebut juga dapat membacanya.
Meskipun tak lagi ada suasana tahun baru, tapi tak ada salahnya membaca tulisan ini.
Be blessed, guys... :)
*Tulisan ini campuran antara apa yang aku rasakan dan apa yang aku imajinasikan... ;P
Hari ini 31 Desember 2010, hari terakhir di tahun cantik 2010. Kubuka mataku di pagi hari dan langsung memikirkan apa yang akan aku lakukan nanti malam saat pergantian tahun. Aku jadi bingung memikirkannya. Uh... Ada beberapa tawaran dari teman-temanku. Ada yang mengajak kumpul-kumpul di sebuah restoran, ada yang mengajak BBQ, atau bahkan ada yang mengajak ikut merayakan Tahun Baru dengan menyewa sebuah kamar hotel. Bingung aku memutuskan akan ikut ke mana. Sempat terpikir untuk melewati pergantian malam tahun baru di rumah dengan menonton televisi, melalui hari ini seperti hari-hari lain. Karena sejujurnya, aku tak terlalu merasa ada sesuatu yang istimewa di hari ini. Bahkan aku bertanya-tanya, ’Kenapa sih semua orang heboh mengadakan acara pergantian malam tahun baru? Padahal ’kan sama saja seperti pergantian hari-hari lain.’
Menjelang siang baru akhirnya kuputuskan untuk merayakan malam pergantian tahun baru di rumah temanku. Sejak beberapa hari yang lalu temanku itu memang mengajakku ke rumahnya untuk BBQ Party menyambut Tahun Baru 2011. Tapi aku masih belum menjawab ’ya’ karena aku masih ragu akan ke mana saat malam tahun baru.
Akhirnya aku mengiyakan ajakannya karena aku berpikir tak ada salahnya berkumpul bersama beberapa teman di malam tahun baru, toh belakangan ini sangat sulit untuk bertemu mereka. Jadi momen ini sangat pas ketimbang aku hanya berdiam diri di rumah dan menonton televisi.
Pukul 8 malam, aku tiba di rumah temanku. Setelah itu beberapa teman dekatku juga hadir. Tak lama setelah itu, sang tuan rumah mengajak kami untuk menuju ke halaman belakang untuk ’bakar-bakaran’. Tentu saja bakar ayam, udang, ikan, sosis... Aku pun menikmati kebersamaan yang tercipta. Meskipun harus berhadapan dengan arang panas dan bara api, toh keakraban di antara kami tetap tercipta. Rasanya sudah cukup lama aku tak berkumpul dengan teman-teman seperjuanganku itu. Kesibukan membuat kami sulit untuk berkumpul seperti saat masih kuliah. Ada rasa senang di hatiku ini saat bercanda tawa dengan mereka sambil bernostalgia masa-masa dahulu. Lalu aku menyadari bahwa waktu telah banyak berlalu. Bila beberapa tahun yang lalu kami masih bergaya mahasiswa dengan segala tingkah laku yang ’mahasiswa banget’, hari ini aku dan mereka telah menjelma menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa, baik dalam bersikap ataupun menghadapi kehidupan. Aku tersenyum mengingat kenangan-kenangan dulu, sambil terus membalik-balik ayam dan udang.
Setelah puas menyantap ayam, udang, ikan, sosis, kami pun bersiap meninggalkan tahun 2010. Tersisa 20 menit sebelum pukul 00.00. Aku dan teman-teman berkumpul di luar untuk meniup terompet dan tentu saja memasang kembang api. Tepat pukul 00.00, langit Jakarta seakan penuh warna. Berbagai jenis kembang api bertaburan di langit, menambah cerahnya suasana malam tahun baru ini. Suara terompet pun seakan berlomba menyemarakkan malam ini. Aku dan teman-temanku pun tak kalah senangnya memasuki tahun yang baru. Kami bersalam-salaman mengucapkan ’Happy New Year’.
Tak sekedar meniup terompet atau memasang kembang api, kami pun memutuskan untuk berdoa. Mengucap syukur atas 1 tahun yang telah berlalu, atas segala hal yang boleh terjadi 1 tahun terakhir. Menyerahkan segala rencana di tahun yang baru agar berkatNya senantiasa melimpah atas setiap kami.
Saat kupejamkan mata dan berdoa, aku merasakan kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidupku. Teringat kembali hari-hari di tahun 2010 di mana tak semuanya kulalui dengan senyum. Banyak hal yang membuatku sedih atau khawatir. Tapi aku bersyukur atas segalanya karena aku yakin semua hal itu mendewasakan aku dan membuatku kuat. Dalam doaku pun muncul rasa khawatir dan takut untuk melangkah di tahun yang baru. Tapi aku berusaha menyerahkan segala rencanaku ke dalam tanganNya. Aku mau percaya bahwa Tuhan akan senantiasa memberikan yang terbaik bagiku meskipun aku harus melaluinya dengan air mata. Yang harus kulakukan adalah melakukan yang terbaik di tahun yang baru sambil terus percaya bahwa ada Dia yang selalu ada di sampingku.
Hari ini aku juga bersyukur karena telah membuat keputusan yang tepat untuk ikut BBQ Party bersama teman-temanku sehingga aku mampu merasakan kasih dan penyertaan Tuhan yang tak pernah berhenti dalam kehidupanku.
Happy New Year!
Comments
Post a Comment