Brazil dan Mimpiku
Siapa yang menyangka aku akan
menginjakkan kaki di Negeri Samba?
Bahkan selama ini, Brazil hanya diam
di dunia mimpiku.
Nyatanya semua itu sekarang
benar-benar terjadi.
Bahkan mimpi yang menjadi nyata itu
telah mengubah hidupku.. Selamanya..
Beberapa post terakhir akan kuisi
dengan rentetan kata untuk melukiskan indahnya Brazil dan peziarahanku di
sana..
Siapa yang tak iri melihat adikku,
yang umurnya lebih muda 3 tahun, sudah menginjakkan kaki di benua Eropa. Itu benua
impianku!
Dan bagaimana aku tak iri melihat
puluhan foto dia di Madrid, Spanyol.. Dengan mengangkat papan ‘FREE HUG’, di
foto-foto tersebut adikku mulai didatangi oleh orang-orang, dan mayoritas
perempuan. Dalam sekejap adikku ‘lenyap’, tertutup oleh orang-orang tersebut
yang berebutan memeluk adikku..
Huuuaaaaa… Seru yaaaa!! Amatt sangat
seru.. uppsss.. lebih tepatnya terlihat amat sangat seru.
Yes! Aku tidak ada di sana saat adikku dihujani pelukan. Aku tidak berada di Madrid. Aku tidak ikut World Youth Day 2011 di
Spanyol.
Aku hanya mengantarnya sampai
Soekarno-Hatta, lalu sepulangnya dari situ aku memasang status di Facebook,
isinya: Safe flight, bro! Salam buat Paus..
Lalu gigit jari membayangkan
nikmatnya Madrid.. :(
World Youth Day sudah kuincar sejak
2008, di Sydney. Bagiku itu yang paling masuk akal. Australia masih sangat
dekat dibandingkan negara-negara sebelumnya yang pernah menjadi tuan rumah.
Bagiku saat itu, Jerman, Argentina, atau Spanyol seperti mimpi yang tak akan
kuraih. Jadi aku cukup bersemangat begitu mendengar Sydney. Aku yang saat itu
masih kuliah sudah pasti menemui hambatan dalam hal uang, libur, dan juga
teman. Nyatanya saat itu tak ada yang tertarik mengikuti WYD. Pun demikian si
adikku yang akhirnya mendahuluiku dengan berangkat ke Madrid.
Sydney berlalu..
Madrid kulewati begitu saja..
WYD menjadi hal yang sangat jauh
bagiku, sejauh bintang di langit. Apalagi mamiku sempat berkata, “Setelah
Madrid, 3 tahun lagi ya? Kamu ikut aja.. Eh tapi kalau 3 tahun lagi mah udah
kawin ya..” Kalau dihitung dari umur memang selayaknya aku sudah menikah di
tahun 2014.
Hadeehhh.. WYD benar-benar menjadi
mimpi.
Tapi entah mengapa ada suatu
keinginan yang amat besar di dalam hati ini. Aku bersikukuh dengan diriku
sendiri bahwa dalam hidupku aku mau minimal satuuuuu kali saja mengikuti WYD.
Aku harus!
Kabar gembira datang saat aku
menjemput si adik. Dia berkata, “Next WYD 2013, which is 2 taun lagi.. di
Brazil..”
Kalau di kartun, mataku langsung
berbentuk hati dan maju mundur.. hahaha..
Singkatnya, aku langsung
berbinar-binar.. Napsuuu jekkk..
Setahun berlalu..
Setahun sebelum hari H, mulai muncul
tim kerja dengan berbagai jenis promosinya. Semakin bersemangat dan tak sabar.
Si adik naik pangkat dari hanya
peserta menjadi tim kerja. Pikirku, wah jalanku menuju WYD semakin dilancarkan
karena harusnya aku mendapat lebih banyak kemudahan. Lah wong adik sendiri jadi
panitia.
Nyatanya.. Si adik yang katanya jadi
panitia tak membantu loh.. Aku sampai sempat kebingungan, bagaimana harus
membayar, bagaimana mengurus visa, apa yang harus disiapkan.. Stres..
Belum lagi menjelang hari H banyak
kendala yang kuhadapi. Mulai dari perang batin soal biaya yang menghabiskan isi
rekening sampai tekad yang tak kunjung bulat untuk mengunjungi Brazil. Pokoknya
aku sempat mengalami ‘maju mundur’. Aku masih sempat berpikir, apakah ini
pilihan yang tepat? Apakah ini yang benar-benar aku butuhkan? Atau ini karena
aku iri melihat adikku yang sudah pernah ikut WYD? Apakah uang yang kukeluarkan
memang pantas?
Beribu pertanyaan berperang dalam
hatiku.
Ditambah lagi seringnya aku mangkir
dari jadwal briefing yang disiapkan oleh tim kerja. Makin tak tahu apa-apa,
makin seperti bingung.. Perang batin semakin menjadi..
Adikku sampai sering menggodaku
dengan berkata, “Mau mundur aja? Ga yakin? Ga bisa hidup susah? Mau batal aja? Masih
bisa ni.. Baru DP dikit kan..”
Bukannya menguatkan pilihan, dia
malah semakin membuatku bimbang.. :(
Entah apa yang akhirnya benar-benar
menjadi penguatku hingga bulat hati menuju Brazil. Aku hanya berpikir, beberapa
tahun terakhir ini salah satu mimpiku dan sekarang aku selangkah menuju mimpiku
itu, mengapa aku harus takut, apalagi mundur. Aku berpikir, kesempatan baik tak
datang dua kali. Memang masih ada WYD di tahun-tahun mendatang, tapi pasti
keadaanku belum tentu memungkinkan untuk ikut serta.
Jadilah aku peserta di Grup 16, yang
berangkat tanggal 16 Juli.
Jelang keberangkatan, aku disibukkan
dengan persiapan logistik. Mulai dari carier, baju, souvenir, dan apapun yang
dibutuhkan.
Di H-1, aku stres akibat packing
yang menyiksa.. Rasanya ingin menangis saat harus memasukkan begitu banyak barang
ke dalam backpack yang hanya 60 liter. Ribetttt banget…
Nah kali ini si adik sangat
membantu, meskipun harus dia injak, tekan, dan banting.. Kalau aku sendirian
yang packing, sudah pasti beneran nangis.. hahaha..
Selesai packing, kugendong carier.
Ukurannya nyaris sama dengan badanku.. hahaha.. Hanya bisa pasrah, kalau memang
di Brazil aku harus menggendong tas raksasa tersebut, aku yakin Tuhan
memberikan aku kekuatan lebih.. :)
16 Juli 2013
Lokasi: Terminal 2, depan Hoka Hoka
Bento..
Indonesia goes to Brazil..
Feel so excited!
Setelah melalui pergumulan panjang,
akhirnya aku berada di sini, bersama teman-teman lainnya. Siap melayang
melintasi langit dan menggapai Brazil.
Jakarta – Singapore – Istanbul – Sao
Paolo
Perjalanan pertamaku melalui puluhan
ribu kilometer.. tanpa orang tua.. dan dengan hasil jerih payah sendiri..
Ada rasa haru dan bangga. Setidaknya
ini yang aku pilih, memilih untuk mewujudkan mimpiku..
Kemudian rasa itu berubah menjadi
persiapan diri menghadapi 35 jam perjalanan membelah dunia. Jauh hari mulai
berpikir, apa rasanya segitu lama di pesawat? Kaku atau jadi keriting ya?
Aku ingat pesan Romo Fernando,
sebelum kami lepas landas. Dia meminta kami untuk banyak beristirahat di
pesawat. Yes, Padre! Kujalankan amanatmu. Sejak lepas landas dari
Soekarno-Hatta hingga Sao Paolo, aku tak henti memejamkan mata. James yang
duduk di sebelahku selama itu jadi tak punya teman ngobrol, karena aku akrab
dengan bantal leherku. Aku hanya terbangun untuk makan dan ke WC. Jadilah James
hanya sibuk nonton film.. hahaha.. *peace James.. gue hanya menjalankan
perintah Romo Fernando.. hahaha..
Sore, saat matahari mulai menyelinap
hilang, Turkish Airlines TK 0015 menyentuh bumi Sao Paolo. Tepuk tangan
bergemuruh saat perlahan tapi pasti kulihat bandara Sao Paolo mendekat. Aku bertepuk
tangan, karena pilot yang dengan mulus berhasil mengantarku ke Negeri Samba dan
yang terpenting karena Dia yang menjadikan hari itu ada..
Sao Paolo..
Here we are!
please be patient to wait my words
about Sao Paolo.. I will post it soon.. thank you.. :)
Comments
Post a Comment