I Left My Heart in Polska (Part Two)
Kamar itu tidak terlalu besar. Cukup untuk ditiduri berdua. Pagi
itu kubuka mata dan kutemukan langit cerah di atas kepalaku. Jendela kaca
miring karena menjadi atap itu mengejutkanku. Bagaimana tidak, langit cerah itu
adalah langit jam 8 pagi di Jakarta. Terlompat aku dari sofabed dan langsung
meraih jam tanganku. Terkejut lagi saat kudapati jam tanganku menunjukkan baru
pukul 6. Kembali aku merebah sembari berusaha menyadarkan diri bahwa aku memang
sedang berada di bawah langit lain, Polandia.
21 Juli 2016
Pagi ini menjadi
yang pertama bagiku di Polandia. Sebuah tempat yang tak pernah terpikirkan
olehku akan aku datangi tapi memang aku pilih untuk aku merayakan hari
istimewaku.
Kumulai
dengan mandi bersiap diri dan sarapan bersama Papa Marek dan Marlena. Makanan
ala Eropa, roti sandwich lengkap dengan roti gandum, mentega, saos tomat,
mayonais, dan sosis ayam. Flat sederhana itu menjadi teman kami menikmati pagi
sebelum aku menuju Paroki Isidore untuk mengikuti rangkaian penuh Days in Diocese.
Perjalanan kaki yang
sekarang sangat kurindukan, hanya beberapa ratus meter dari komplek flat Papa Marek, melewati hanya satu
trotoar panjang. Tapi langit biru dan segarnya matahari pagi menjadikan langkah
kakiku terasa sangat menyenangkan.
Halaman depan gereja itu begitu teduh dan begitu asri. Pohon-pohon besar menjadi pagar gereja besar itu. Beberapa teman telah berada bersama orangtua mereka. Akupun diantar oleh Marlena yang hanya ingin memastikan aku tiba di gereja dengan aman lalu dia kembali pulang. Hanya dalam beberapa menit hampir semua telah berada di depan gereja. Ucapan selamat ulangtahun pun meluncur dari teman-teman seperjalananku ini. Ada rasa haru yang luar biasa mengingat keberadaanku saat ini dan perhatian dari teman-teman semua. Ditambah lagi setelah doa pagi di dalam gereja, mereka masih terus menghujaniku dengan ucapan dan pelukan ulangtahun. Suatu hal sederhana yang membuatku tak henti bersyukur akan kebaikan Tuhan.
Matahari pagi di hari ulangtahunku :) |
Keseruan kami hari itu dimulai dengan perjalanan menggunakan 2 bis pribadi. Ilona dan Ola yang menjadi leader Orange Group, menemani kami bersama grup lain. Kami menuju Ossow dan dilanjutkan ke Parafia Rzymskokatolicka Milosierdzia Bozego (Divine Mercy Church) di Zabki, Warsaw.
Itulah saat kami,
seluruh Pilgrims Indonesia yang sebelumnya terpisah pesawat dan paroki, bertemu
kembali di Warsaw. 112 orang dari kami memang berangkat menggunakan 2 pesawat
berbeda, KLM dan Turkish Airlines. Dan karena jumlah kami yang cukup banyak, kegiatan
Days in Diocese harus dibagi ke 3 paroki yang berbeda. 55 orang di Marki,
sisanya di 2 paroki di Zabki.
Ossow |
Divine Mercy Church in Zabki |
Selesai dari Divine Mercy Church, aku dan semua teman-teman Marki menuju Kobylka.
Saat baru naik bus, Ilona berkata padaku, "Veliska, I need to talk with you.."
Aku dan dia pun duduk di bangku sebelah kanan paling depan. Diapun memulai pembicaraan.
"I have something for you. Actually, our parish is so active. So many family in Isidore want to be host during your stay in Marki. But, you guys only 55 persons so we have to say no to some of families. This person, you may not know. But she really wants to be host family. She was so sad knowing she couldn't be host. But she gave this gift to me and told me to give to someone. Since today is your birthday, I think it's good to give this to you."
Ilona mengeluarkan sebuah amplop putih. Aku bertanya pada Ilona, siapakah dia? Ilona hanya berkata, mungkin kalian tidak akan pernah bertemu. Kutitipkan salam pada Ilona, agar orang tersebut yang secara tidak langsung memberiku hadiah akan selalu dipenuhi berkat Tuhan.
Pembicaraan kami selesai dan Ilona kembali ke tempat duduknya.
Aku duduk sendiri dan tanpa terasa airmataku menetes. Aku yakin Tuhan ada bersamaku melalui siapapun, bahkan melalui mereka yang tidak pernah kukenal dan kutemui.
Pikiranku melayang ke Days in Diocese di Sao Paolo, Brasil 3 tahun lalu. Di saat yang hampir sama, aku merayakan ulangtahunku dalam sebuah misa. Setelah selesai misa, beberapa oma menghampiriku. Ada yang memberikan patung kecil berbentuk Yesus, ada pula yang melepaskan kalung yang sedang dia kenakan dan memberikannya kepadaku sebagai hadiah ulangtahun.
Apakah ini kekuatan WYD? Siapa aku, siapa mereka? Tapi ada kasih yang menyatukan kami. Ini bukan tentang bentuk hadiah yang kuterima dari mereka pada hari ulangtahunku. Tapi tentang kasih Tuhan yang terus mengalir dalam kehidupanku, di manapun aku berada.
Tak lama, kami tiba di Kobylka. Sebuah tempat dengan tanah lapang yang cukup luas, tidak terlalu jauh dari Marki. Kami berada di sana sejak sekitar pukul 4 sore untuk mengikuti acara dan misa bersama youth dari berbagai negara yang juga tinggal di Marki.
Aku dan dia pun duduk di bangku sebelah kanan paling depan. Diapun memulai pembicaraan.
"I have something for you. Actually, our parish is so active. So many family in Isidore want to be host during your stay in Marki. But, you guys only 55 persons so we have to say no to some of families. This person, you may not know. But she really wants to be host family. She was so sad knowing she couldn't be host. But she gave this gift to me and told me to give to someone. Since today is your birthday, I think it's good to give this to you."
Ilona mengeluarkan sebuah amplop putih. Aku bertanya pada Ilona, siapakah dia? Ilona hanya berkata, mungkin kalian tidak akan pernah bertemu. Kutitipkan salam pada Ilona, agar orang tersebut yang secara tidak langsung memberiku hadiah akan selalu dipenuhi berkat Tuhan.
Pembicaraan kami selesai dan Ilona kembali ke tempat duduknya.
Aku duduk sendiri dan tanpa terasa airmataku menetes. Aku yakin Tuhan ada bersamaku melalui siapapun, bahkan melalui mereka yang tidak pernah kukenal dan kutemui.
Pikiranku melayang ke Days in Diocese di Sao Paolo, Brasil 3 tahun lalu. Di saat yang hampir sama, aku merayakan ulangtahunku dalam sebuah misa. Setelah selesai misa, beberapa oma menghampiriku. Ada yang memberikan patung kecil berbentuk Yesus, ada pula yang melepaskan kalung yang sedang dia kenakan dan memberikannya kepadaku sebagai hadiah ulangtahun.
Apakah ini kekuatan WYD? Siapa aku, siapa mereka? Tapi ada kasih yang menyatukan kami. Ini bukan tentang bentuk hadiah yang kuterima dari mereka pada hari ulangtahunku. Tapi tentang kasih Tuhan yang terus mengalir dalam kehidupanku, di manapun aku berada.
Amplop putih yang entah dari siapa tapi adalah hadiah ulangtahunku :) |
Tak lama, kami tiba di Kobylka. Sebuah tempat dengan tanah lapang yang cukup luas, tidak terlalu jauh dari Marki. Kami berada di sana sejak sekitar pukul 4 sore untuk mengikuti acara dan misa bersama youth dari berbagai negara yang juga tinggal di Marki.
Kami, Indonesia,
salah satu rombongan yang datang pertama, saat tempat tersebut masih sepi. Jadi
kami memiliki kesempatan untuk berlatih tari Poco-poco.
Mengapa berlatih
tari dan mengapa dipilih Poco-poco?
Karena akan ada
acara bersama parents dan teman-teman
di paroki Isidore, Marki. Kami ingin sedikit memperkenalkan kebudayaan
Indonesia dan ingin mengajak mereka untuk ikut serta dalam tarian yang cukup
sederhana ini.
Jadi saat di Kobylka,
kami berlatih Poco-poco. Tanpa musik, hanya menggunakan hitungan dari mulut,
tapi menjadi satu kegiatan yang menyenangkan. Ditambah dengan banyak orang muda
yang melihat kami berlatih, ingin bergabung dan berkenalan juga berfoto bersama
kami, Indonesia.
Sore itu, sejak
acara di panggung dimulai, banyak yang bisa kami lakukan, mulai dari tarian
Polandia, bernyanyi dengan gerakan, sampai perkenalan tiap negara. Indonesia
sendiri berkesempatan maju ke panggung untuk memperkenalkan diri dan menyanyikan
lagu “Hari Merdeka”.
Hari itu kami tutup
dengan Misa konselebrasi dengan beberapa uskup dan banyak pastor. Malam yang
masih sangat terang itu menjadi saat pertama kali bagi kami Indonesia di
Polandia untuk misa bersama dengan orang muda dari berbagai negara.
Pun demikian dengan ulangtahunku.
Tentu saja bukan yang pertama selama hidupku. Tapi memang yang pertama kurayakan
di Polandia. Kubawa semua rasa syukurku di dalam misa tersebut. Berjuta rasa
yang tak terucap oleh kata. Beribu syukur atas penyertaan Dia selalu selama
hidupku. Air mata ini tak terhentikan mengingat hari ini adalah ulangtahunku
dan aku diberi kesempatan untuk merayakannya dengan sedikit berbeda. Hanya
syukur dan terimakasih yang kupanjatkan. Keberadaanku di Polandia saja membuatku
mengucap syukur tanpa henti. Tambahan ulangtahunku membuatku kehabisan kata
untuk mengungkap apa yang kurasa.
Malam itu,
menggunakan bis kami kembali ke gereja Isidore. Papa Marek telah menungguku di
depan gereja. Kamipun berjalan kaki mennuju flat.
Sedikit lelah kurasakan malam itu, tapi sambil berjalan, lagi-lagi aku mengucap
syukur bahwa hari ulangtahunku dapat kulalui dengan sangat baik. Dikelilingi
oleh orang-orang terkasih, menerima banyak ucapan ulangtahun, dan tentu saja
doa dari mereka semua.
Tiba di flat, gelap. Aku bergumam dalam Bahasa Indonesia,
“Kok ga ada orang?”
Di luar dugaanku,
Mama dan Marlena berada di dalam dengan sebuah kue dan lilin yang menyala.
Mereka menyiapkan kue ulangtahun untukku. Dalam hati aku berpikir, ternyata
hari ini masih belum berakhir. Beranjak tahun, tiup lilin tak lagi menjadi
suatu yang penting dan harus sehingga saat tak ada kue, tak jadi masalah
untukku. Tapi ternyata, aku masih diberi kesempatan untuk meniup lilin
ulangtahunku. Lilin Polandia.. hohohoho..
Kututup hari
ulangtahunku dengan keluarga baru. Kue ulang tahun dan red wine menjadi teman perayaan ulangtahunku.
Kupejamkan mata
dengan begitu banyak syukur di hati. Karena hanya karena kebaikanNya, aku di
sini.. :)
Comments
Post a Comment