I Left My Heart in Polska (Part One)
Saat kualihkan pandanganku ke sisi kiri, kutemukan lempengan
raksasa di sisi badan pesawat. Sayap yang siap menerbangkanku ke suatu tempat
yang telah menjadi rencana bahkan mimpiku. Aku duduk di dalam badan pesawat
yang sangat besar, sebesar rasa syukurku saat ini.
Beritahu aku
bagaimana mungkin aku tidak bersyukur bila duduknya aku di pesawat besar ini
bukanlah perkara mudah dan sederhana. Ratusan hari harus kuhitung dan kulalui.
Hal sederhana sampai yang rumit kuhadapi. Ratusan orang menyenangkan sampai yang
begitu menjengkelkan telah kuhadapi. Dan hari ini penantian panjang berakhir
menjadi rasa syukur yang tak terhingga.
19 Juli 2016
Aku bersama 111 orang lainnya terbang menuju satu Negara yang
mungkin tak pernah terbayangkan akan kami datangi. Tapi saat ini aku sedang
menuju ke sana.
Biar sedikit kutarik
mundur ke tiga tahun saat aku terbang menuju negeri Samba. Tanpa banyak harap
dan pinta, kulalui 2 mingguku dengan sangat luar biasa sampai-sampai indahnya
masih begitu sangat membekas hingga saat ini. Aku masih merasakan kaca-kaca di
mataku bila menceritakan pengalaman itu. Suaraku masih akan bergetar bila
kukisahkan apa saja yang aku lakukan saat itu. Kasih dan berkatNya begitu kuat
ada di hatiku hingga aku mau dan berani menjadi pengantar bagi mereka yang
ingin mengecap indahnya World Youth Day.
Aku mau dan ingin menjadi tim kerja Indonesia untuk World Youth Day
Krakow 2016. Itu seruku di akhir tahun 2014. Bukan karena aku ingin ke
Eropa, bukan juga karena aku ingin masuk ke dalam pesawat Airbus. Murni karena
aku punya kerinduan yang besar untuk membawa banyak orang merasakan luar
biasanya WYD. Aku pernah dan aku tak ingin sendirian merasakannya. Aku ingin
berbagi dan membiarkan banyak orang juga merasakan apa yang pernah kurasakan.
Saat ini, harapku hampir menjadi nyata. Semakin dekat dengan Polandia, si negeri impian.
Saat ini, harapku hampir menjadi nyata. Semakin dekat dengan Polandia, si negeri impian.
“Cabin crew take off position!”
seru pengeras suara di atas kepalaku. Dalam hitungan menit kemudian, badan
raksasa pesawat ini telah mengudara, menembus langit selama 12 jam menuju
Ataturk, Istanbul International Airport.
Bye, Jakarta! See you in
two weeks! :)
55 orang dari kami semua, sesaat sebelum tinggal landas.. |
12 jam perjalanan menjadi sesuatu yang melelahkan, ditambah transit
di Istanbul selama 7 jam. Mati gaya! hahaha.. Tapi selalu ada hal menarik yang bisa
kita lakukan untuk menjadikan hari begitu berharga.
7 jam transit :D |
Saat 7 jam penantian berakhir, hati ini semakin berdebar. Seperti
apa Polandia? Bagaimana nanti kami tinggal di sana? Apakah menyenangkan?
Berbagai rasa berlarian di hati. Rasanya tak sabar dan juga ada rasa khawatir.
20 Juli 2016
Pesawat kecil akhirnya lepas landas pada pukul 12.35 waktu
Istanbul. Sekitar 2 jam lagi kaki ini akan menjejak di Warsaw, Polandia. Dan
saat roda pesawat menyentuh landasan, riuh tepuk tangan memenuhi kabin pesawat.
Aku sendiri ikut bertepuk tangan sambil tak henti merasa betapa luar biasanya
Tuhan. Chopin, Warsaw International Airport yang menyambut kami dan memastikan
bahwa kami telah tiba di Polandia dengan selamat.
Mimpi dan niat itu akhirnya terwujud. Polandia.. :)
Setelah melewati pintu imigrasi, aku bergegas menuju luggage belt.
Aku bertemu satu volunteer yang sepertinya adalah Pastor karena beliau
mengenakan kolar di lehernya. Dia bertanya apakah grupku sudah ada yang menjemput.
Kukatakan kepadanya bahwa ada orang bernama Joanna yang menjemput kami.
Volunteer itupun keluar untuk memastikan apa orang yang aku sebut sudah ada di
luar. Tak lama dia kembali dan mengatakan, “Yes, she is waiting for you.”
Makin tak sabar untuk segera keluar dan menemui mereka.
Setelah semua bagasi terkumpul, kamipun bergerak keluar, dipimpin
oleh Verby. Rasanya luar biasa saat mendapati begitu banyak orang muda dari
Marki yang sudah tak sabar kami.
Itulah pertama kalinya kami bertatap muka.
Tak pernah kenal, tak pernah tahu, toh nyatanya itu tak jadi
masalah. Wajah mereka begitu ceria menyambut kami, teman baru dari Indonesia.
What a moment!
Kami sendiri? Bengong.
Antara takjub, tak percaya, atau masih lelah setelah perjalanan
hampir 24 jam.. hahaha..
Yang pasti penyambutan oleh teman-teman Marki begitu mengena di
hati kami.
Di Chopin, kami langsung dibagi ke dalam kelompok dengan 2 leader
dari Marki. Two beautiful ladies become my group leaders, Ilona dan Aleksandra (Ola).
Mereka bule (tentu saja hahaha..) dan cantik. Dibandingkan aku, ya jauh..
hahaha..
Setelah naik kereta dan bis, tibalah di Gereja St. Isidore, Marki.
Siapa sangka bahwa banyak host family yang
telah menanti di sepanjang jalan menuju aula gereja. Wajah mereka tersenyum dan
sambil bertepuk tangan menanti kami. Tak terasa mataku kembali berkaca-kaca. Ya
ampun, aku nih siapa sih? Kenal juga ngga, kq mereka sebegitunya ya menyambut
aku dan teman-teman yang lain. Terharu..
Salah satu bentuk penyambutan Marki |
Di aula tersebut, kami diperkenalkan ke hostparents masing-masing. Itu saat pertama kali juga aku bertemu
Ayah dan anak, Marek dan Marlena. Just say ‘hello’ lalu diajak langsung ke flat
mereka. Cukup berjalan kaki karena flat mereka hanya berjarak 500 meter dari
gereja. Tiba di flat, mereka telah menyiapkan sebuah kamar untukku. Tidak besar
tapi lebih dari cukup untuk aku bermalam selama beberapa hari di Marki.
Setelah membereskan barang, aku bersama hostparentsku kembali ke gereja untuk mengikuti misa. Kami,
Indonesia, diminta untuk menunggu di luar sedangkan para hostparents dipersilakan masuk. Aku sempat bingung kenapa tidak
diperbolehkan masuk. Mungkin sudah disiapkan surprise.. hahaha.. geer banget!
Tak lama rombongan room dan putra altar keluar gereja dan menyambut
kami, lalu kami dipersilakan masuk ke dalam gereja melewati lorong tengah
gereja dengan riuh tepuk tangan para hostparent.
Yah elahh.. pas nikah juga ga begini-begini amat.. Lumayan awkward yaaaa..
hahaha..
Tapi di situ aku merasa bagaimana mereka begitu menantikan kami
orang Indonesia. Aku bisa merasakan sukacita itu dalam diri setiap hostparents. Tak kenal, tak pernah tahu,
tapi kami dan mereka langsung akrab walaupun dengan beberapa rasa canggung.
Misa malam itu dipersembahkan oleh romo-romo Polandia dalam bahasa
Latin dan Polandia. Banyak yang tak kumengerti tapi misa itu menjadi tempat
curahan rasa syukurku yang rasanya tak habis-habis. Bersyukur untuk tibanya aku
dan teman-teman di Marki, bersyukur untuk penyambutan yang luar biasa,
bersyukur untuk sahabat dan orangtua baru. Bersyukur untuk semuanya..
Malam itu, setelah selesai misa, dalam perjalanan pulangku ke flat,
hati ini tak henti memuji kebaikan Tuhan. PenjagaanNya yang menjadikan aku di
sini.
Marki, Warsaw..
Sebuah tempat yang jauh dari bayangan, tapi sekarang aku di sini..
Just because of Him!
Good night and see you
tomorrow.. :)
Comments
Post a Comment