My Heart Really Belongs to Them

Ini akan menjadi penutup rangkaian kata yang kubuat tentang Brasil.
Setelah hampir satu tahun setelah keberangkatan kami, akhirnya baru sekarang dapat kuselesaikan.. :)
Segala rasa, segala pengalaman telah kucoba tuangkan. Tapi aku pribadi masih merasa begitu banyak hal yang belum tertuang, begitu banyak hal yang bahkan tak bisa kuungkapkan melalui kata-kata.
Karena begitu banyak hal yang hanya bisa dilihat, didengar, dilakukan, dan dirasakan langsung..
Karena Brazil telah berhasil menduduki sebuah sudut di hatiku dan selamanya akan berada di situ.
Meninggalkan Rio de Janeiro, bukan berarti meninggalkan Brazil.
Kesempatan berharga dan tak terlupakan saat menginjakkan kaki lagi di Diadema, Sao Paulo.

30 Juli 2013, 4.30 pagi
Bis yang kami tumpangi meninggalkan gelapnya subuh Bras de Pina.
Selamat tinggal, Rio.. Terimakasih untuk waktu singkat yang begitu berharga..

Rasa lelah dan kantuk membuat kami semua langsung terlelap. Aku tahu ini akan menjadi perjalanan panjang. Rio menuju Diadema memakan waktu lebih dari 7 jam perjalanan darat. Kupejamkan mata dan melanjutkan tidur. Kukumpulkan energi agar setibanya di Diadema, fisikku kembali segar.

Kami sempat berhenti di sebuah gereja megah. Entah di daerah mana, yang pasti di tengah perjalanan panjang kami.
Bangun dari tidur, mataku disuguhi pemandangan gereja megah nan unik. Kami pun turun dengan disambut udara dingin.

Berikut foto-foto di gereja tersebut…





Setelah berkeliling gereja, perjalanan pun dilanjutkan. Lanjut tidur.. hahaha.. Aku memang orang yang sangat mudah tidur bila berada dalam perjalanan panjang.. :D

Beberapa jam kemudian aku pun terbangun, kusibak tirai di bis. Mataku menangkap pemandangan yang sangat familiar. Bangunan-bangunan khas dan jalanan yang naik turun. DIADEMA!!
Kami hampir tiba di Gereja Arnoldus Janssen! Mataku langsung berbinar-binar..
Dan saat bis benar-benar berhenti di depan gereja tersebut, ada rasa tak terkatakan di dalam hatiku..
Ahhh.. You are awesome, God!
Siapa yang menyangka bahwa kami semua diberi kesempatan untuk kembali lagi ke sini.
Siapa yang menyangka bahwa kami semua diberi kesempatan untuk bertemu papai, mamai dan keluarga di Diadema..
Rasanya… luar biasaaa..
Saat kulihat gereja sederhana tersebut. Saat kulihat beberapa orang telah berdiri di depan gereja untuk sekali lagi menyambut kami…
Unspeakable!!

Waktu menunjukkan sekitar pukul 15.00.
Mata yang masih mengantuk, juga lelahnya tubuh setelah duduk di bis sekitar 8 jam seakan tak ada artinya melihat apa yang ada di hadapanku..
Kami pun turun dari bis, tak lupa membawa serta carier raksasa yang tetap setia menemani kami.. hehehe..
Walau tak bisa kulakukan secara langsung, dalam hati aku begitu berterimakasih kepada sopir bis yang telah setia mengangkut kami mulai dari Diadema – Rio – Diadema, sendirian, tanpa asisten atau sopir pengganti. Sungguh sebuah perjalanan bis yang begitu mulus. A very big thanks, mister.. Muito obrigada!!

Seminggu meninggalkan tempat ini, ada rasa rindu teramat yang hinggap di hatiku. Dan tentu saja disertai rasa bahagia. Bagaimana aku tidak begitu takjub karena rencana awalnya kami memang tidak mampir ke Diadema, melainkan langsung menuju bandara untuk kembali ke Jakarta. Tapi Padre Ferdinand meminta kami untuk mampir sekali lagi bertemu dengan mereka.
Padre, tanpa diminta pun kami akan dengan senang hati sangat ingin kembali menyapa kalian semua.. dan itu benar terjadi.. What a great blessing!

Memasuki gereja sederhana nan nyaman, langsung kurasakan aura ‘keluarga’. Sebuah meja panjang telah disiapkan. Di atasnya terdapat begitu banyak roti keras dan sebuah panci besar berisi cream soup. Mungkin karena lapar dan lelah setelah menempuh perjalanan panjang, aku begitu lahap menyantap potongan roti keras yang diguyur sup kental bertopping ayam. GOSTOSO!!! Cream soup yang begitu nikmat!

Sambil menyeruput sup, kulihat satu per satu teman-temanku dijemput oleh keluarganya. Sejak bis tiba, mataku sudah berlarian mencari keluargaku. Tapi tak kutemukan hingga sup di piringku lenyap. Ah ke mana mereka? Pai… Mai...

Yang kutahu mereka semua memang bekerja dan hari ini kami memang tiba di hari dan jam kerja. Jadi wajar kalau aku masih belum dijemput…
Aku dan Karina hamper ‘diangkut’ oleh tetangga sebelah rumah saat kulihat sebuah mobil yang tak asing tiba di depan gereja. Mamai!!
Bahkan orang yang pernah kuanggap asing ini pun tak melupakan aku. Mama angkatku ini setia untuk menjemputku.. :)

Wajahnya berseri dan senang saat melihatku. Aku pun demikian.. Bergegas mamai menyuruhku naik ke mobil. Kami pun menuju rumah…
Tiba di rumah, kembali perasaan tersebut muncul. Perasaan takjub, perasaan luar biasa, perasaan… ah.. tak terkatakan.. Ini semua terlalu ajaib.
Seminggu yang lalu aku menangis saat harus meninggalkan rumah ini, karena kupikir itulah saat terakhir aku bisa berada di rumah tersebut. Tapi hari ini, aku diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di sini, di tempat di mana aku merasakan kehangatan, ketulusan, dan juga cinta. A lovely unforgettable place!

Mungkin bisa dibilang aku agak kurang sopan karena waktu yang kumiliki di rumah ini hanya sedikit. (Udah cuma mampir sebentar, pake numpang mandi pula.. hihihi..)
Maafkan aku pai mai, karena tak punya waktu lebih untuk berlama-lama di rumah kalian.. :(
Tapi hebatnya, mamai tetap menyambutku. Satu set handuk dan sabun batangan baru telah disiapkan untukku mandi.
Aku memilih mandi sore itu karena malamnya aku akan langsung terbang dari Sao Paolo – Istanbul – Singapore – Jakarta. Perjalanan panjang selama 35 jam, yang sudah pasti tanpa kesempatan untuk mandi.. :D


Selesai mandi, tea time!
Memang quality time lebih sering terjadi di meja makan. Pun saat ini, di sela waktu yang sangat singkat, aku masih berkesempatan duduk di satu meja berbagi cerita dalam 2 bahasa yang masih menjadi penghalang namun tetap menyatukan kami.. :)

Kopi susu dan cake yang begitu kurindukan

Meja makan yang menyatukan kami, lengkap dengan toples kayu dari Jawa dan taplak dari Papua.. :)

Sewaktu di Rio, saat berada di antrian panjang menuju Christo Redentor, aku dan Karina menyempatkan diri untuk menyetak foto-foto dan memasukkannya dalam frame. Foto-foto kami bersama pai, mai, Ariana, dan Diego. Hanya sebuah frame kenang-kenangan yang bisa kuberikan untuk mereka sebagai tanda terimakasih, walaupun itu tak sebanding dengan apa yang telah mereka berikan. Tapi setidaknya agar aku dan Karina diingat, bahwa aku pernah singgah di rumah dan juga hati mereka.. :)

Ini yang bisa kami berikan…

Oleh-oleh dari Rio hanya untuk mereka yang tercinta :)

Mereka yang kupanggil Pai Mai

Rumah dan keluarga yang penuh kehangatan

Saatnya pun tiba.. Saat di mana aku benar-benar harus meninggalkan rumah itu. Sampai tulisan ini kurangkai, 10 bulan setelahnya, aku masih dapat mengingat dengan jelas setiap sudut rumah itu.. Aku akan dan selalu merindukan rumah itu..

Diantar pai dan mai, aku pun kembali ke gereja. Menikmati makan malam dan kebersamaan untuk terakhir kalinya, sebelum kami semua kembali ke Jakarta.
Sukacita dan rasa kekeluargaan sangat terasa..
Malam itu menjadi malam di mana kami benar-benar menyatu sebagai satu keluarga.
Malam itu menjadi malam di mana kami menyadari bahwa ada satu hal yang bisa menyatukan segala perbedaan, yakni cinta..



Makan malam terakhirku di Diadema

You will always be my sister, Ariana.. Hug!

Obrigado por todas as coisas que você fez

Eu te amo, crianças

Malam itu malam terakhirku di Brazil..
Aku dan teman-teman harus kembali pulang ke Jakarta.
Mengingat izin tinggal yang cukup lama, rasanya tak rela untuk pulang.
Ingin rasanya menambah beberapa hari lagi untuk menikmati indahnya Brazil.
Tapi waktu yang berputar tentu saja tak bisa kuhentikan. Ada kota dan keluarga sesungguhnya yang menungguku.
Dua minggu di belakang yang sungguh penuh dengan kenangan indah.
Dua minggu di belakang yang akan terus kuingat sampai kapanpun.

Terimakasih, Brazil..
Terimakasih, Sao Paulo..
Terimakasih, Rio de Janeiro..

Terimakasih yang luar biasa untuk kalian semua..
Untuk pelajaran, pengalaman, kenangan, dan semua yang boleh kualami.
Untuk semua yang terasa begitu berharga
You will always live in a corner of my heart..
Satu doaku, agar suatu hari nanti ada kesempatan untukku kembali menjumpai kalian..

Dan ini yang terakhir yang mereka lakukan, sesaat sebelum bis meninggalkan gereja..

Love from lovely people :)


**
Saat tulisan ini kurampungkan, World Cup sedang berlangsung di Brazil. Di Jakarta, euphoria penggila bola sangat terasa. Di manapun dapat kutemui dekorasi atau tayangan tentang Brazil.
Ini yang membuatku semakin merindukan Brazil, merindukan keluarga nun jauh di sana.
Setiap hal yang menyinggung Brazil, pasti membawaku terbang kembali ke Sao Paulo dan Rio..
Ah.. How I miss those moments..



Comments

  1. Veliska, Saat ini juga, ada belasan wartawan Indo, dari berbagai media cetak dan eletronik, menginap di Diadema, di Paroki santo Arnaldo Janssen. Semuanya muslim, moderat. Banyak warga paroki yang bertanya kalau mereka mengenal kontingen WYD Indo waktu itu. Sudah pasti jawabannya....Kalian tetap ada dalam hati dan pikiran orang di Diadema.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu titip salam dan peluk aku ya Padre buat mereka semua.
      Please tell them that I really miss all of them..

      Eles são todos sempre em minha mente e coração S2

      Delete

Post a Comment

Popular Posts