Makasi Loh, Tuhan

Alarm di ponselku telah berkumandang sejak pukul setengah tujuh pagi. Aku terbangun karena tapi hanya jariku yang bergerak untuk menghentikan bunyi menyebalkan itu.
Hari ini Sabtu dan aku ingin tidur sampai siang. Aku berharap seluruh masalahku hanyut bersama mimpi. Jadi saat bangun tidur, aku tak lagi memiliki masalah tersebut. Kudekap erat guling peyotku dan kupejamkan lagi mataku.

Sekitar pukul 9 pagi akhirnya aku mulai menggeliat bangun. Masih dengan aura malas, aku keluar kamar, lalu duduk di sofa dan langsung menekan remote televisi.
Akhir pekan ini, aku memutuskan untuk berdiam di rumah. Kalau biasanya aku berkeliaran di Ibukota, hari Sabtu ini sengaja kupilih untuk me-time. Bangun siang, nonton televisi, guling-gulingan di kasur… Sudah lebih dari cukup untuk disebut me-time.. hehehe…
Ada alasan yang jelas mengapa kali ini aku memilih bersantai di rumah. Seminggu kemarin berlalu dengan penat yang kurasakan. Banyak pekerjaan yang memaksaku pulang dari kantor larut malam. Rasanyaaaa amat butuh refreshing
Juga mendadak muncul begitu banyak masalah. Sampai aku berkata pada, ‘Tuhan, kenapa ya koq hidup orang lain happy happy aja tuh. Mereka bahagia banget… Tapi aku malah berasa muak dengan beban hidupku..’

Terus kutekan tombol remote dengan jempolku dan tak kutemukan channel yang menarik. Selain karena mata yang belum melek benar, tak ada semangat untuk memulai hari ini.
Sampai kulihat sebuah iklan komersial yang menarik perhatianku.
Kulihat beberapa ekor kambing yang berlomba memasuki pekarangan rumah tetangga karena melihat rumput yang begitu hijau. Hanya ada 1 ekor kambing yang tetap bertahan dengan rumput majikannya, walaupun rumputnya mulai botak dan tak lagi hijau.
Ternyata rumput di rumah tetangga hanyalah rumput sintetis. Beberapa ekor kambing tersebut pun merasa tertipu. Sedangkan si kambing yang setia, dengan bangga dan sambil tertawa puas berkata, ‘Rumput gue lebih asik dari tetangga!’

Setelah iklan tersebut berlalu, aku masuk dalam lamunanku.
Dengan polosnya aku berpikir, ‘Ah.. Bahkan kambing pun mengerti bagaimana bersyukur atas apa yang dia miliki,’
Aku teringat kelelahan yang seminggu ini amat kurasakan. Masalah pekerjaan di kantor, masalah keluarga, dan masalah lainnya yang membuatku menjadi orang paling menderita sedunia. Saking menderitanya, aku berharap ada alat yang mampu membuatku bertukar tempat dengan orang lain. Aku ingin menjadi orang lain, hidup di tempat orang lain, dan menjalani hidup yang jauh lebih enak daripada hidupku sekarang. Aku merasa hidupku tidak berarti dan terlalu berat. Berandai-andai aku menjadi orang lain, pasti akan lebih bahagia.

Hari ini, si kambing itu tak hanya berhasil meledek teman-temannya. Tapi juga berhasil membuatku malu dengan diriku sendiri. Aku tersadar bahwa selama ini aku terlalu fokus pada masalahku. Aku selalu menganggap apa yang aku alami adalah yang terberat. Bahkan aku hampir tak bisa mensyukuri apa pun yang ada dalam hidupku.
Kalau mau, aku punya begitu banyak hal yang bisa kusyukuri.
Kalau mau, aku dapat mengandalkan Dia dalam menghadapi persoalan hidupku.
Tapi nyatanya hari-hari kemarin telah kuisi dengan melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih menyenangkan. Memang benar kata pepatah, ‘Rumput tetangga selalu lebih hijau.’ Tapi hari ini aku belajar untuk berani berkata, ‘Hei… Rumput gue jauh lebih hijau… Rumput gue lebih asik!’
Aku yakin bahwa seberat apa pun masalah yang menghampiri, hidupku adalah yang terindah. Dia yang telah merancang hidupku sedemikian rupa sempurnanya. Bagaimana mungkin aku malah berharap untuk bertukar posisi dengan orang lain??
Apa yang kumiliki dan kualami sekarang adalah yang terbaik. Bahkan masalah yang kualami mampu membuat hidupku lebih asik.

I’m sorry, Lord…
For I forgot how big YOU are in my life…
I’m sorry, Lord…
For I forgot to thank YOU for every single thing in my life…

Tuhan… Hidup gue jauh lebih asik dari hidup tetangga…
Bener deh! ;D
Makasi ya, Tuhan.. hehehe..

Comments

Popular Posts